'Pendidikan Vokasi Harus Relevan dengan Pembangunan Ekonomi'

Diskusi bertajuk “Mendukung Kekuatan Ekonomi Nasional Melalui Pendidikan Vokasi
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Indonesia berpotensi menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu yang perlu disiapkan yakni mengoptimalkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kemampuan dan produktivitasnya di dunia kerja. 

Peningkatan Literasi Digital, Perpusnas Bantu 525 Desa di Sumut untuk Pengembangan Perpustakaan

Pendidikan vokasi diharapkan menjadi tumpuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tinggi yang mendorong lebih banyak penciptaan lapangan pekerjaan.

Sebagai infrmasi, pendidikan vokasi atau pendidikan kejuruan adalah pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma yang setara dengan program pendidikan akademik.

Kepsek SMKN 1 Nisel Ditahan Polisi Terkait Kasus Penganiayaan Siswa, Ini Kata Kadisdik Sumut

Persoalan ini dibahas dalam diskusi hybrid bertajuk “Mendukung Kekuatan Ekonomi Nasional Melalui Tumpuan Pendidikan Vokasi” di Jakarta, Selasa 14 November 2023. Diskusi diselenggarakan Study Club CEMPAKA bekerja sama dengan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasaan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Kemendikbudristek, Universitas Yarsi, dan Meeting.ai.

Hadir sebagai pembicara yakni Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan dan Penyelerasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek Uuf Brajawidagda; Direktur Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam; Direktur ASTRAtech Ricardus Henri Paul; dan Direktur Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Padang Wicaksono, serta penanggap Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal.

UIN Jakarta Buka Pendaftaran Mandiri Non-Reguler, Cek 6 Skema dan Syaratnya!

Uuf Brajawidagda mengatakan pendidikan vokasi perlu selalu relevan dengan Pembangunan ekonomi, baik sektoral semisal ada politeknik manufaktur atau kesehatan. “Pendidikan vokasi stay relevan. Kita beri bekal para siswa fleksibel untuk mengantisipasi perkembangan zaman,” kata Uuf. 

Diskusi bertajuk: Mendukung Kekuatan Ekonomi Nasional Melalui Pendidikan Vokasi

Photo :
  • Istimewa

Pendidikan vokasi di Indonesia saat ini mencakup sekitar 14.000 SMK, 2.000 program studi vokasi, dan 273 Politeknik dan Akademi Komunitas, 17.000 lembaga pelatihan dan kursus. Kehadiran lembaga vokasi ini dapat dikaitkan dengan agenda pembangunan ekonomi sehingga stay relevan dengan agenda ekonomi nasional dan daerah.

Menurut Uuf, dalam tiga tahun terakhir, Kemendikbudristek mencoba membuka sekat-sekat pendidikan vokasi. Lembaga kursus dan pelatihan memiliki program PKK dan PKW, di level SMK ada SMK Pusat Keunggulan dan pemadanan dukungan, hingga di perguruan tinggi vokasi ada matching fund.

Ada juga program lain dengan membuat ekosistem kemitraan di daerah. “Jadi, Mitra DUDI mendorong pemanfataan sekat-sekat yang makin terbuka di satuan pendidikan untuk menjadi kemitraan di daerah guna menggali potensi di daerah sehingga bisa berkontribusi di daerah,” kata Uuf.

Uuf mengatakan tantangan dalam pendidikan vokasi untuk makin menarik dan berkualitas. Seperti di Singapura, politeknik diakui sebagai ‘bumbu rahasia’ ekonomi Singapura.

Sementara itu, Piter Abdullah Redjalam mengatakan untuk menjadi negara maju, Indonesia harus meningkatkan pendapatan per kapita di atas 13.000 dollar Amerika Serikat (AS) dari saat ini masih 4.000 dollar AS. 

“Tidak mudah untuk meningkatkan menjadi negara maju karena dibutuhkan pertumbuhan ekonomi luar biasa. Untuk jadi negara maju butuh pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen selama 10-15 tahun ke depan Selama era Presiden Jokowi, pertumbuhan rata-rata lima persen. Namun, potensi untuk maju itu ada karena Indonesia punya sumber daya alam, dan bonus demografi,” ujar Piter.

Diskusi bertajuk: Mendukung Kekuatan Ekonomi Nasional Melalui Pendidikan Vokasi

Photo :
  • Istimewa

Agar bonus demografi mendukung pertumbuhan ekonomi, ujar Piter, harus ada lapangan pekerjaan yang cukup, jangan terjadi ledakan pengangguran. Tiap pertumbuhan ekonomi satu persen menyerap sekitar 250.000 angkatan kerja. Jika lima persen, berarti hanya sekitar 1,25 juta lapangan kerja formal. Padahal, pertumbuhan angkatan kerja mencapai tiga juta. Bahkan, lembaga Demografi UI mengatakan sudah empat juta.

Piter meyakini pendidikan vokasi yang mengutamakan skill akan mendukung pemanfaatan bonus demografi. Namun, perlu dipastikan skill yang dimiliki lulusan selaras dengan industri. “Bukan gelar lagi yang dikejar, tapi kemampuan pada bidang-bidang tertentu tertentu. Sehingga industri mudah menyerap lulusan,” ujar Piter.

Direktur ASTRAtech Ricardus Henri Paul mengatakan kunci keberhasilan pendidikan vokasi yakni adanya ekosistem yang mendukung. Untuk link and match cair karena terkait dengan industri, dosen praktisi juga banyak. Selain itu, berbagi keahlian dari para praktisi dan review kurikulum bersama, dan karakter juga dibentuk.

Pendidikan vokasi dengan model Astratech Dual System berjalan. Di tahun awal, para mahasiswa membuat produk yang sama seperti di industri, lalu tahun ketiga dan keempat magang atau apprenticeship sehingga siap kerja. Bahkan untuk penilaian akhir, dari sisi dukungan pada produktivitas industri.

“Suasana industri itu sudah dirasakan mahasiswa sejak awal. Dengan demikian mereka siap untuk bekerja dengan karakter yang dibutuhkan industri,” kata Paul.

Direktur Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Padang Wicaksono mengatakan lulusan vokasi di UI ada yang nol bulan menunggu masa kerjanya. Jika program studi sesuai kebutuhan pasar, permintaan tenaga kerja tinggi, bahkan sebelum lulus mahasiswa sudah mendapat tawaran kerja. 

Baca artikel Edukasi menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya