Mengapa Harga Hunian di Jakarta Makin Mahal?

Ilustrasi jual rumah
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Dengan semakin padatnya penduduk di Ibukota, makin sedikit pula lahan yang tersedia untuk sebuah hunian. Di sisi lain, hal ini membuat harga tanah maupun hunian melonjak dengan drastis.

Permudah Kepemilikan Hunian, Bank Mandiri Teken Kerjasama dengan APERSI

Pakar perkotaan dari Jakarta Property Institute (JPI) Dr. Mulya Amri mengatakan saking mahalnya hunian, selama lebih dari 15 tahun warga Jakarta sudah tidak lagi mampu membeli rumah di Jakarta. Mereka terpaksa tinggal di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Hal tersebut juga membuat lebih dari separuh penduduk Jabodetabek menghabiskan waktu 60 menit untuk menuju kantor. Bahkan, 14 persen menempuh waktu lebih dari 2 jam. Waktu tempuh yang panjang ini menyebabkan efek domino yang merugikan,seperti polusi, stres, dan kurangnya waktu untuk keluarga.

Permintaan Hunian Segmen Premium Tinggi, Sinar Mas Land Luncurkan Trésor di BSD City

Ilustrasi rumah

Lalu mengapa harga hunian di Jakarta bisa begitu mahal? Menurut Mulya, ada beberapa faktor yang menyebabkan hunian di Jakarta tidak terjangkau.

Jelang Ramadan, Natalie Sarah Digaet Program Special Campaign Furniture Ternama

"Terbatasnya lahan dan rendahnya luas lantai yang boleh dibangun menjadi faktor kunci kurangnya hunian di Jakarta, sehingga harga hunian di ibu kota melambung tinggi bagi seluruh strata ekonomi,” ungkap Mulya dalam siaran pers yang diterima VIVA, Sabtu, 15 Desember 2018.

Mulya juga menambahkan bahwa Jakarta merupakan salah satu kota terpadat di dunia, setara dengan
Tokyo. Hal yang membedakan ialah bagaimana pola hunian Tokyo dibangun. Kepadatan Jakarta dipenuhi oleh rumah-rumah tapak yang tersebar dan berhimpitan secara horizontal.

Pembangunan seperti ini menghabiskan lahan dan membuat harga melonjak tinggi. Sedangkan, pembangunan di Tokyo sudah lama menggabungkan low-rise dan high-rise, antara lain dengan pendekatan kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD). Selanjutnya menurut Mulya, pengurusan izin yang kompleks juga menjadi faktor mahalnya hunian di tengah kota.

“Berdasarkan studi JPI1, pengembang harus menempuh waktu hingga 21 bulan dan mengacu pada 39 peraturan mengenai perizinan gedung untuk membangun gedung di atas 8 lantai dengan luas di atas 5.000 meter persegi di Jakarta,” jelas Mulya, pakar yang memiliki gelar Ph.D. dalam bidang Kebijakan Publik dari National University of Singapore.

Menurut Mulya, terdapat beberapa solusi untuk menurunkan harga hunian di Jakarta. Salah satunya, dengan mendorong lebih banyak pembangunan hunian vertikal di pusat kota dan sekitarnya. Untuk menyiasati biaya tanah yang tinggi, penyediaan perumahan yang terjangkau di pusat kota dan sekitarnya memerlukan subsidi.

"Jika tidak, perumahan yang terjangkau akan selalu dibangun di lokasi yang tidak menarik dan tidak dapat diakses." kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya