Ada Kijang dan Bambu Kuning di Paviliun Indonesia COP26 Glasgow

Paviliun Indonesia di COP26, Glasgow, Skotlandia
Sumber :
  • Rochimawati/VIVA.co.id

VIVA – Berkonsep hutan dan bambu, paviliun Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi Iklim PBB COP26 yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia menarik minat peserta dari berbagai negara. 

Paviliun Indonesia dibuat berlantai dua, menampilkan bambu kuning, pohon pakis yang menghiasi dinding paviliun serta gambar hutan  dan tanaman bambu  yang menghiasi dinding di ruang seminar. 

"Kenapa bambu kuning? karena bambu kuning adalah ciri khas bangsa Indonesia. Nah bambu ini memang tidak kami bawa dari Indonesia, tapi kami dapatkan dari Barcelona. Selain itu kami juga meletakan pohon Pakis, yang juga salah satu pohon yang ada di Indonesia," ujar Ross, panitia Paviliun Indonesia. 

Selain itu, di ruangan untuk kegiatan seminar terdapat poster bergambar hutan Indonesia. Di bagian luar, diletakan sepeda kayu buatan tangan perajin Indonesia.  Saat VIVA menaiki lantai dua, sejumlah topeng khas Indonesia menempel di dinding. Selain itu juga ada gambar Kijang besar terlihat pada dinding sepanjang tangga menuju ke atas. 

Gambar hutan juga terlihat di ruangan lantai dua Paviliun Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan terluas. Ada empat ruangan yang disediakan di lantai dua. Salah satu ruangan meeting untuk VIP terpajang foto Presiden Joko WIdodo dan Wakil Presiden KH. Maaruf Amin. 

60 seminar di Glasgow dan Indonesia

Selama dua pekan penyelanggaraan COP26 yang dimulai pada 31 OKtober hingga 12 November, Paviliun Indonesia menggelar sekitar 60 agenda kegiatan.  Agenda yang berlangsung secara hybride ini, menampilkan sejumlah pembicara dari Indonesia dan negara lain.  Selain di Indonesia, Paviliun juga dibuka di Gedung Manggala Wanabhakti di Jakarta. 

"Setiap hari ada tiga agenda yang digelar di Paviliun Indonesia. Pembicaranya selain dari kementerian/lembaga, aktivis lingkungan, NGO dan aktivis dari negara lain. Peserta dari berbagai negara juga banyak yang datang ke sini untuk melihat seminar, dan bertanya soal Iidonesia," kata dia. 

Beragam camilan khas Tanah Air pun tidak ketinggalan disajikan bagi peserta seminar, seperti lumpia, pempek, bolu kukus dan martabak.  Selain itu kerajinan tangan bermotif batik juga ditampilkan di Paviliun Indonesia. "Mereka yang menjadi peserta seminar di Paviliun Indonesia akan mendapatkan kerajinan tangan buatan perajin Indonesia ini."

Pelaksanaan KTT Iklim COP26 diikuti sekitar 120 negara. Berbagai agenda kegiatan diselenggarakan di negara-negara yang membuka paviliunnya. 

Seperti diketahui, COP adalah forum tingkat tinggi tahunan bagi 197 negara untuk membicarakan perubahan iklim dan bagaimana negara-negara di dunia berencana untuk menanggulanginya. 

COP berkumpul untuk menangani hal-hal yang terkait dengan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, atau UNFCCC, yang merupakan perjanjian besar PBB yang menyatakan bahwa negara-negara perlu bersatu untuk mencari tahu cara menghentikan pemanasan global. 

Batik Aromaterapi Asal Madura Tembus Pasar AS hingga Jepang

Setahun sekali, perwakilan dari semua negara dalam perjanjian berkumpul untuk menuntaskan aksi dan kebijakan perubahan iklim internasional terkait UNFCCC. COP26 adalah nama spesifik dari pertemuan besar perubahan iklim tahun ini. 

Indonesia Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia, Tanam Lebih Banyak Mangrove Bisa Jadi Solusinya
Ilustrasi perubahan iklim.

Jadwal 'Kiamat' Tak Bisa Ditunda, Sosok Penting Ini Menyerah

Bill Gates sering menyoroti urgensi menjaga Bumi dari dampak perubahan iklim, sambil aktif terlibat dalam upaya kemanusiaan untuk merawat lingkungan atau kiamat iklim ini

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024