Viral Nasihat 'Jangan Buru-Buru Menikah', Ahli Beri Saran Menohok

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak.
Sumber :
  • Freepik/senivpetro

VIVA Lifestyle – Menikah dan berkeluarga kerap menjadi tujuan hidup dari banyak pasangan, meski tak sedikit konflik bermula dari hal tersebut. Tak heran, banyak nasihat yang viral di media sosial agar tak segera menikah lantaran dapat memberi dampak kurang menyenangkan.

Justin Bieber dan Hailey Baldwin Bakal Punya Anak!

Dokter Spesialis Anak sekaligus Founder @tentanganakofficial, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, mengatakan bahwa pernikahan dan kehamilan patut dipersiapkan sejak masa remaja, baik itu secara fisik atau mental. Sayangnya, di generasi sebelumnya, persiapan tersebut tak dilakukan dengan maksimal lantaran edukasi terkait hal itu belum gencar dilakukan, bahkan terbilang awam.

Ilustrasi pernikahan/pre-wedding.

Photo :
  • Freepik/freepik.diller
Pemanasan Global Ancam Pendidikan Anak-anak di Asia

"Dulu itu nggak ada yang bahas soal pernikahan, apa yang harus dipersiapkan, saat kehamilan apa yang dipersiapkan. Sekarang, kita angkat awareness kalau hamil harus disiapkan secara mental karena pengaruhi karakter anak nanti," ujar Mom Influencer itu dalam webinar Tentang Anak x Hansaplast, baru-baru ini.

Peran kesehatan mental ibu, kata Mesty, dimulai dengan munculnya hormon stres ketika masa kehamilan dan memengaruhi kondisi janin. Ketika lahir pun, anak yang belum memahami situasi, akan melihat karakter sang ibu yang memberi pengaruh negatif lantaran kesehatan mentalnya kurang baik. Hal itu pun berdampak pada kepercayaan diri anak yang menurun.

Polwan Polres Depok Temui Gibran Anak Viral Nangis Kelaparan di Bojonggede, Ini yang Dilakukan

"Ketika (sikap) negatif (ibu) akan asosiasikannya dengan diri mereka. Kasihan kalau belum siap (menikah). Menurutku orangtua itu nggak ada yang sempurna tapi pada akhirnya kita sama-sama belajar," terangnya.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio

Ketika secara mental sudah matang, maka kemarahan yang ditunjukkan sang ibu dapat memberikan pelajaran berharga pada sisi emosional anak. Misal, dengan ibu yang mau meminta maaf usai memarahi anaknya, maka anak pun belajar bahwa solusi dari marah adalah dengan minta maaf dengan tulus dan tidak mengulanginya seperti yang dilakukan sang ibu.

"Bukan harus (bisa sempurna) tapi coba kalau bisa, alhamdulillah, nggak bisa, ya coba lagi. Kalau kelepasan marah, kita (ibu) menunjukkan kalau kita manusia dan minta maaf lagi. Jadi kita membuat momen itu jadi manusiawi," terangnya.

Ilustrasi keluarga

Photo :
  • Pixabay/Denise Husted

Senada, psikolog Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, menuturkan bahwa ketika menjadi ibu yang menjadi kunci utama adalah kesehatan mental. Sebab, tak sedikit masalah yang menyeruak hingga membuat para ibu burnout atau jenuh. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan para ibu jika terlanjur alami burnout?

"Burnout ada banyak faktor yang dialami ibu. Healing bisa membuat ibu jeda sejenak dari aktivitas yang rutin dilakukan. Tapi, alasan burnout itu, apa dulu. Sasar solusi yang untuk selesaikan tantangan itu. Kalau hanya lelah sebentar, abis istirahat besok seger lagi, refreshing healing dikit, cukup. Kalau burnout, biasanya refreshing tetap nggak cukup, butuh selesaikan masalahnya," tandas Grace.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya