Masih Terikat Tali Pusar, Bayi Baru Lahir di Suriah Selamat dari Puing Gempa

Ilustrasi bayi.
Sumber :
  • Pexels

VIVA Lifestyle – Bayi baru lahir di Suriah berhasil diselamatkan hidup-hidup dari puing-puing gempa. Gempa berkekuatan 7,8 yang melanda Suriah dan tetangganya Turkiye meratakan rumah bayi itu dan menewaskan anggota keluarga dekatnya yang lain.

Jasad Bayi Ditemukan Dalam Tas Jinjing di Bak Mobil, Ada Surat dan Uang Rp1 Juta

Anggota keluarga besar lainnya mencoba menyelamatkan bayi yang baru lahir itu dengan kondisi masih bernapas dari puing-puing sebuah rumah di Suriah utara. Terlihat, kerabat lain menemukannya masih terikat tali pusar ke ibunya, yang meninggal dalam gempa besar pada Senin 6 Februari 2023. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Bayi itu merupakan satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, yang semuanya tewas ketika gempa berkekuatan 7,8 melanda Suriah dan tetangganya Turkiye meratakan rumah keluarga di kota Jindayris yang dikuasai pemberontak.

Drone Bunuh Diri Iran Bombardir Suriah, Habisi Nyawa Warga Sipil

"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Khalil al-Suwadi kepada AFP, dikutip VIVA, Kamis 9 September 2023. 

Dipicu Emosi, Ayah Tiri Aniaya Bayi 10 Bulan Hingga Tewas

"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit," sambungnya.

Video penyelamatan itu viral di media sosial. Rekaman tersebut menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan empat lantai yang runtuh sambil menggendong bayi mungil yang tertutup debu.

Pria kedua berlari ke arah pria pertama membawa selimut untuk mencoba menghangatkan bayi yang baru lahir di suhu di bawah nol derajat, sementara pria ketiga berteriak meminta mobil untuk membawanya ke rumah sakit.

Bayi itu dibawa untuk dirawat di kota terdekat Afrin. Sementara pencarian anggota keluarganya menghabiskan beberapa jam untuk menemukan jenazah ayahnya Abdullah, ibu Afraa, empat saudara kandung dan seorang bibi.

Tubuh mereka dibaringkan di lantai rumah kerabat yang berdekatan menjelang pemakaman bersama yang diadakan pada Selasa. Di ruangan remang-remang, Suwadi menatap jenazah tak bernyawa itu dan mencatat nama-nama mereka.

Foto gedung-gedung hancur akibat gempa magnitudo 7,8 di Antakya, selatan Turki.

Photo :
  • AP Photo/Khalil Hamra.

"Kami mengungsi dari (kota timur yang dikuasai pemerintah) Deir Ezzor. Abdullah adalah sepupu saya dan saya menikah dengan saudara perempuannya," katanya.

Gempa Dahsyat
Rumah keluarga itu adalah salah satu dari sekitar 50 rumah di Jindayris yang rata dengan tanah akibat gempa, demikian menurut laporan seorang koresponden AFP.

Di seluruh Suriah, lebih dari 1.600 orang tewas, selain lebih dari 3.400 tewas di Turkiye, kata pihak berwenang. Kota-kota yang dikuasai pemberontak menyumbang sekitar 800 orang tewas.

Di dalam inkubator di rumah sakit di Afrin, bayi yang baru lahir dihubungkan ke infus, tubuhnya terluka, dan perban melilit tangan kirinya. Dahi dan jari-jarinya masih membiru karena kedinginan saat dokter anak Hani Maarouf memantau bagian vitalnya.

"Dia sekarang stabil," kata Maarouf tetapi mencatat bahwa dia tiba dalam kondisi buruk.

"Dia memiliki beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya. Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium," sambungnya.

Jindayris direbut oleh Turkiye dan proksi pemberontak Suriahnya dalam serangan tahun 2018 yang mengusir pasukan Kurdi dari wilayah Afrin. Terputus dari wilayah yang dikuasai pemerintah, wilayah ini sangat bergantung pada bantuan dari Turkiye dan kekurangan keahlian atau tenaga untuk melakukan tanggap darurat yang efektif sendiri.

Dengan LSM Turki disibukkan dengan upaya penyelamatan melintasi perbatasan, pencarian korban selamat di kota-kota Suriah seperti Jindayris telah ditunda. Menurut kelompok penyelamat White Helmets, yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah, lebih dari 210 bangunan telah rata dengan tanah di daerah tersebut.

"520 lainnya sebagian hancur, sementara ribuan lainnya rusak. Kami mengimbau semua organisasi kemanusiaan dan badan internasional untuk memberikan dukungan dan bantuan material," kata White Helmets di Twitter.

"Waktu hampir habis. Ratusan orang masih terperangkap di bawah reruntuhan. Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup," sambungnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya