Obati Virus Corona dengan Klorokuin Bisa Picu Gangguan Jantung

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Hydroxychloroquine atau chloroquine (klorokuin) merupakan jenis obat yang dipromosikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menangani virus corona atau COVID-19. Meski disebut efektif, obat untuk malaria itu bisa memberi efek samping berupa gangguan di jantung.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Dilansir dari laman Gulf News, Selasa, 28 April 2020, Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) AS meminta masyarakat untuk mewaspadai keamanan kedua jenis obat tersebut. Obat itu bisa berbahaya dan memicu detak jantung yang tidak normal pada pasien virus corona jenis baru.

FDA menilai bahwa pemakaian obat itu seharusnya hanya untuk uji klinis atau di rumah sakit pada pasien yang dimonitori masalah di jantungnya.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dengan vaksin atau obat yang efektif untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis SARS-CoV-2 ini, membuat banyak rumah sakit di berbagai negara tetap menggunakan hydroxychloroquine.

Beberapa kasus mengombinasikannya dengan antibiotik azithromycin dengan harapan dapat menyembuhkan lebih cepat. Teori itu membuat FDA segera memberi pernyataan resmi.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"FDA mengkhawatirkan adanya masalah serius pada detak jantung pasien COVID-19 yang diberi hidroksiklorokuin atau klorokuin, sering juga dikombinasikan dengan azithromycin," demikian pernyataan resmi itu.

Namun, lagi-lagi, hasil dari beberapa studi kecil baru-baru ini, menyatakan bahwa obat malaria itu bisa menambah masalah baru. Terbaru, dari jurnal Nature Medicine, 84 pasien dengan pengobatan tersebut digambarkan memiliki detak jantung abnormal. 

Beberapa pakar medis, termasuk Infectious Disease Society of American, American Thoracic Society dan American College of Cardiology, telah memperingatkan risiko penggunaan obat malaria dengan azithromycin untuk mengobati pasien virus corona di luar uji klinis atau tanpa pemantauan ketat.

Terlebih, sudah banyak pasien yang melakukan karantina mandiri di rumah mengonsumsi obat itu dengan harapan bisa menyembuhkan COVID-19.

"Peringatan ini berdasarkam laporan dari beragam sumber yang menggambarkan adanya ketimpangan, termasuk beberapa jenis detak jantung abnormal, dan beberapa kasus lainnya memicu kematian," tambah FDA.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya