COVID-19 Belum Berakhir, Muncul Virus Apokaliptik yang Lebih Berbahaya

Peternakan ayam petelur kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Dunia masih berjuang untuk mencapai normal sejak munculnya pandemi virus corona atau COVID-19 pada Desember 2019 lalu. Sejak itu, pandemi global tersebut telah merenggut lebih dari 400 ribu nyawa, dengan total orang yang terinfeksi mencapai 7,3 juta. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Di sisi lain, menurut laporan terbaru tentang virus apokaliptik dan pernyataan dari Michael Greger, penulis buku terlaris How Not To Die, mengklaim bahwa ayam dapat menjadi penyebab pandemi mematikan berikutnya. 

Dr Michael Greger mengatakan, sementara COVID-19 telah mengguncang keseimbangan ekonomi dan sosial dunia secara keseluruhan, jenis virus baru yang berasal dari peternakan ayam dapat menyebabkan pandemi yang lebih berbahaya dari COVID-19. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Bukan hanya itu, ilmuwan menambahkan, virus apokalitpik bisa berpotensi memusnahkan setengah populasi dunia. Diskusi tentang kemungkinan adanya virus baru dibahas dalam buku baru Dr Michael Greger, How To Survive A Pandemic, di mana ia memperingatkan bahwa 'selama ada unggas, akan ada pandemi'.

Ilmuwan menunjukkan alasan-alasan berikut sebagai bukti pecahnya pandemi baru:

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

- Hubungan dekat manusia dengan hewan dapat menyebabkan jenis epidemi terburuk. 
- Beberapa penyakit lain seperti COVID-19, flu babi, dan lain-lain, telah ditularkan dari hewan. 
- Flu burung H5N1 yang muncul di China pada 1997, terjadi lagi pada 2003 dan 2009 di luar China, yang menunjukkan bahwa virus itu tidak sepenuhnya hilang dan kemungkinan menjadi wabahnya tinggi. 
- Peternakan unggas di mana ayam diternakkan secara massal adalah tempat berkembang biaknya penyakit, karena ayam dibuat untuk hidup di ruang yang sempit dan tingkat amonia yang tinggi tertinggal di kandang yang jarang dibersihkan. 
- Produksi massal, penggunaan antiviral manusia dan kurangnya kebersihan, tidak diragukan lagi dapat menimbulkan keprihatinan. 

Produksi massal harus dihentikan dan beralih mengonsumsi makanan nabati akan sangat ideal. 

Selain mengatakan wabah dapat menyebabkan kematian hampir setengah populasi dunia, Dr Greger juga menyarankan hal-hal berikut:

- Ada kebutuhan mendesak untuk beralih dari produksi massal ayam menjadi kawanan kecil yang dibesarkan di ruang yang luas, memiliki ventilasi dan memiliki akses keluar ruangan.
- Produksi telur yang tidak alami dan praktik pengembangbiakan juga harus diakhiri. 
- Ada kebutuhan untuk 'memutus' hubungan virus antara ayam dan manusia. 
- Hindari penggunaan antivirus manusia (penggunaan obat antivirus pada unggas disalahkan karena jenis flu burung yang kebal terhadap obat).
- Ada kebutuhan untuk mengikuti langkah-langkah kebersihan yang lebih baik. 

Ilmuwan menyimpulkan, meskipun peringatan dapat membantu sampai batas waktu tertentu, tetapi itu mungkin tidak cukup untuk mencegah timbulnya pandemi baru. 

"Semakin banyak hewan berdiam diri bersama-sama, semakin banyak virus yang berputar di roda roulette saat berjudi untuk jackpot pandemi yang mungkin tersembunyi di lapisan paru-paru ayam," kata Dr Michael Greger, dilansir Boldsky, Kamis 11 Juni 2020. 

Dia menekankan pentingnya mengadopsi vegetarian atau gaya hidup mengonsumsi makanan nabati dan menghindari konsumsi daging dan susu. Menurutnya, itu tidak hanya dapat mengurangi risiko pandemi mematikan, tetapi secara alami juga baik untuk kesehatan menyeluruh seseorang. 

Peternakan unggas yang menimbulkan pertanyaan sebagai pemicu pandemi bukanlah hal baru. Berbagai penelitian telah mengaitkan peternakan unggas dengan beberapa penyakit. 

Satu studi, yang berfokus pada peternakan unggas di Indonesia menemukan bahwa penyakit virus dan bakteri yang menginfeksi ayam broiler di peternakan adalah Penyakit Pernapasan Kronik (CRD) dan Penyakit Newcastle (ND). 

Penyakit lain yang ditemukan pada tingkat prevalensi rendah adalah Snot dan Ascites dan menyarankan perlunya menerapkan efek untuk mengendalikan penyakit virus. 

Studi lain menunjukkan, sementara produksi unggas telah menjadi bagian integral dari peternakan kecil selama berabad-abad, penting untuk mencapai keamanan pangan untuk menghindari munculnya penyakit menular. 

Solusi terbaik untuk mencegah wabah pandemi adalah dengan menghentikan produksi massal ayam dan peternakan dengan ruang yang lebih sempit. Selain itu, peternakan harus didukung dengan ventilasi, akses luar ruangan, dan kebersihan yang baik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya