4 Obat Diklaim Efektif Lawan COVID-19, Terbaru Dexamethasone

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Kasus COVID-19 kian bertambah di berbagai negara. Hal ini membuat para peneliti berlomba-lomba mencari formula untuk mencari vaksin sebagai pencegahan penularan serta obat tepat  termasuk dexamethasone.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Berbagai jenis obat yang sudah tersedia kerap diuji coba pada pasien COVID-19 dengan melihat perkembangannya terhadap virus tersebut di tubuh. Terbaru, peneliti di Inggris berhasil membuktikan bahwa obat jenis dexamethasone efektif mengobati pasien COVID-19 dengan gejala kritis atau parah.

Baca juga: Dexamethasone, Obat Dewa Bagai Pisau Bermata Dua

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Sebelum dexamethasone, beragam jenis obat lainnya sempat diuji dan dianggap berpotensi sembuhkan pasien COVID-19. Berikut rangkumannya dikutip dari laman Bloomberg.

Remdesivir

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Remdesivir menargetkan materi genetik yang disebut RNA yang bertujuan untuk menghentikan replikasi SARS-CoV-2. Obat ini dikenal sebagai obat Ebola, dan diuji coba dengan diberikan secara intravena.

Awalnya, Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) mengizinkan pasien yang dirawat di rumah sakit untuk mulai menggunakannya. Pada 1 Juni, remdesivir menunjukkan adanya manfaat terkait COVID-19 meski bukti masih terbatas.

Favipiravir

Favipiravir adalah salah satu obat flu. Favipiravir juga menargetkan manfaat RNA untuk menghentikan penyebaran virus. Sebuah penelitian uji coba favipiravir pada 80 pasien di bulan Maret, hasilnya membantu membasmi virus dari pasien seminggu lebih awal dibandingkan dengan koktail obat HIV dari AbbVie Inc. serta menurunkan keparahan gejala di dada.

Kementerian Kesehatan Rusia menyetujui versi yang disebut Avifavir pada 31 Mei, dan obat antivirus itu dikirim ke rumah sakit di seluruh negeri. Dana Investasi Langsung Rusia, yang memproduksi Avifavir, sedang melakukan penelitian tahap akhir pada lebih dari 300 pasien. Namun, pihak produsen obat di Jepang menunda persetujuannya untuk menunggu hasil yang lebih pasti.

Hidroksiklorokuin dan klorokuin

Hydroxychloroquine dan chloroquine adalah obat anti-malaria yang telah diuji dalam wabah virus lainnya, meski pada umumnya tidak berhasil. Sudah tersedia sejak lama, obat generik ini dinilai berbiaya rendah alias murah.

Obat ini viral setelah Presiden Donald Trump menyebutnya ampuh untuk COVID-19. Namun, otorisasi hydroxychloroquine ditarik di pasar AS atas risiko masalah jantung. FDA mencatat bahwa studi dari University of Oxford menunjukkan "bukti persuasif" bahwa hydroxychloroquine tidak membantu pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga resmi menghentikan uji coba obat ini.

Dexamethasone

Obat steroid berbiaya rendah ini sudah banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit termasuk rematik, asma dan alergi. Ampuh untuk tangani penyakit inflamasi, kini tengah diteliti untuk membantu meringankan gejala COVID-19 yang diakibat oleh badai sitokin berlebih.

Terbukti, fatalitas menurun pada pasien usia 60 tahun dengan masalah di pernafasan dengan konsumsi dexamethasone selama 4 minggu. Sebanyak sepertiga diantaranya menunjukkan hasil yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya