Herd Immunity Virus Corona Disebut Tidak Akan Pernah Tercapai

Ilustrasi batuk/TBC/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Ada bukti baru yang menunjukkan bahwa herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap penyakit COVID-19, mungkin tidak mudah atau bahkan tidak akan pernah tercapai. 

Kata Pj Gubernur soal Kepala Dinas Kesehatan Sumut Ditahan Jaksa Karena Korupsi COVID-19

Ketika penyakit menular mulai menyebar di daerah tertentu, herd immunity berkembang saat sebagian besar populasi mengembangkan antibodi pelindung, terhadap penularan dan membangun respons imun terhadapnya. 

Hal ini terjadi ketika banyak orang terjangkit penyakit (persentase besar dari populasi) dan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Akibatnya, rantai infeksi terputus dan penyakit tidak lagi menyebar dari satu orang ke orang lain.

Soekarno-Hatta Earns the Most Recovered Airport in Asia-Pacific

Baca juga: Samakan New Normal dengan Herd Immunity, Ahli: Itu Bunuh Diri

Dilansir Times of India, diyakini bahwa kekebalan kelompok dapat dicapai untuk penyakit-penyakit tertentu, ketika hampir 40 persen populasi terinfeksi penyakit dan telah menjadi kebal. 

DMI Gelar Muktamar ke-VIII, Ini Tiga Agenda Penting yang Dibahas

Namun, dalam sebagain besar skenario, setidaknya 80 – 90 persen populasi perlu mengembangkan kekebalan (melalui vaksinasi atau terinfeksi) untuk menghentikan penyebaran penyakit lebih lanjut. Para ahli di seluruh dunia berharap agar kekebalan kelompok yang sama juga berlaku untuk virus corona, agar penularannya segera lenyap. 

Tapi, sebuah penelitian baru-baru ini menghilangkan keraguan mengenai konsep herd immunity, yang berarti dengan tidak adanya vaksin yang efektif, mungkin sulit untuk menahan penyebaran COVID-19. 

Studi skala besar dilakukan oleh Institut Kesehatan Carlos III di Madrid yang diterbitkan dalam jurnal Lancet. Dalam penelitian ini, 61.075 peserta di seluruh negeri diuji antibodi setelah mereka mengisi kuisioner tentang gejala COVID-19. 

Studi ini mengungkap, hanya 5 persen dari peserta di Spanyol yang mengembangkan antibodi pelindung terhadap virus. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa meskipun Spanyol menjadi salah satu negara terparah di dunia yang terjangkit virus corona, 95 persen populasinya masih rentan terhadap virus ini. 

"Seroprevalensi yang relatif rendah diamati dalam konteks epidemi yang intens di Spanyol dapat berfungsi sebagai referensi negara lain. Saat ini, kekebalan kelompok sulit dicapai dengan jaminan ada banyak kematian pada populasi yang rentan dan membebani sistem kesehatan secara berlebihan," tulis laporan itu. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya