Ini Jenis Masker Terbaik hingga yang Tak Efektif Cegah Virus Corona

Ilustrasi virus corona/COVID-19/masker.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Sebuah studi baru-baru ini dari Duke University, menunjukkan bahwa tidak semua masker sama efektifnya dalam mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Meskipun mengenakan masker atau kain penutup saat keluar rumah, menjadi salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan agar tetap aman. Namun nyatanya, tidak semua masker bisa menyaring partikel yang berpotensi berbahaya seperti virus corona.

Baca Juga: Ditemukan Alat Tes Corona Baru, Bisa Deteksi Virus Dalam 20 Menit

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dalam penelitian tersebut, buff, saputangan, dan bulu balaclava (masker musim dingin yang menutupi seluruh wajah kecuali mata), memberikan perlindungan yang sangat sedikit. Sementara masker N95, masker bedah dan masker kain buatan sendiri disebut lebih baik.

Dalam percobaan, para peneliti di Duke Department of Physics, menempatkan sinar laser di dalam kotak gelap yang akan menerangi tetesan pernapasan saat melewati cahaya. Seorang pembicara kemudian mendekatkan mulut mereka ke kotak dan sambil berbicara. Sementara kamera di ujung lain kotak merekam video tetesan secara real time.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Para peneliti menguji total 14 masker atau penutup wajah yang umum, kemudian mengalanisis bingkai demi bingkai video menggunakan algoritma komputer yang menghitung jumlah partikel yang terlihat. Peserta mengucapkan sebuah kalimat sebanyak lima kali ke laser, total 10 kali untuk setiap masker yang digunakan.

Buff yang terbuat dari bahan poliester spandeks, menunjukkan kinerja terburuk dalam penelitian ini.

"Kami menghubungkan ini dengan tekstil yang memecah partikel besar itu menjadi lebih banyak partikel kecil. Mereka cenderung bertahan lebih lama di udara, mereka bisa terbawa lebih mudah di udara. Jadi, ini mungkin sebenarnya kontraproduktif untuk memakai masker seperti itu," ujar Dr. Martin Fischer, ahli kimia, fisikawan dan penulis studi dalam penelitian ini, dikutip dari CNBC International, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Kemudian, saputangan juga hanya memberikan sedikit perlindungan. Sedangkan masker N95 tanpa katup, adalah yang paling efektif dalam penelitian ini. Tetapi, para ahli mengatakan, masker jenis ini kekurangan pasokan sehingga hanya boleh digunakan untuk petugas medis.

Masker bedah sekali pakai jadi pilihan terbaik berikutnya, diikuti dengan masker yang terbuat dari dua lapis bahan katun dan satu lapis bahan sintetis. Studi terbaru lainnya yang menggunakan teknologi serupa menunjukkan, masker kain membutuhkan setidaknya 2-3 lapis agar mampu memberikan perlindungan.

Menariknya, masker N95 dengan katup pernapasan atau masker exhaust tidak mendapatkan peringkat yang baik. Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tidak merekomendasikan penggunaan masker ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya