Cara Pencegahan Polusi Udara yang Rentan Picu COVID-19

Ilustrasi: Kondisi udara di Jakarta yang penuh polusi beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Polusi udara yang tinggi, suhu rendah saat musim hujan, dan virus corona bisa menjadi kombinasi yang mematikan. Meskipun COVID-19 telah terdeteksi sebagai penyakit pernapasan serius yang dipicu virus, wajar jika berasumsi bahwa paparan udara yang tercemar atau beracun turut meningkatkan risiko penyakit pernapasan serius.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Tanda-tanda umum infeksi termasuk gejala pernapasan, demam, batuk, sesak napas, dan kesulitan bernapas. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut yang parah, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Meski demikian, meningkatnya polutan di udara akan menambah risiko bagi kehidupan manusia. Menghirup udara beracun ini dapat menyebabkan masalah paru-paru yang serius.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Ketika umat manusia sudah terancam oleh virus COVID-19, menghirup udara beracun akan menambah kesengsaraan.

Rentan alami kematian
Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian COVID-19. Analisis baru terhadap lebih dari 3.000 kabupaten di AS telah menemukan bahwa orang dengan paparan jangka panjang terhadap polutan partikel halus lebih mungkin meninggal karena COVID-19.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances ini menyelidiki dampak paparan jangka panjang polutan PM 2.5 - partikel kecil di udara yang lebarnya dua setengah mikron atau kurang-terhadap tingkat kematian COVID-19 di 3.089 negara.

Ditemukan bahwa keterpaparan historis yang lebih tinggi terhadap polutan partikulat ini dikaitkan dengan tingkat kematian COVID-19 tingkat daerah yang lebih tinggi setelah memperhitungkan beberapa faktor risiko tingkat wilayah.

Penyakit pernafasan jangka panjang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya baru-baru ini menyatakan bahwa udara beracun dapat membunuh 7 juta orang setahun secara global.

Selain itu, mereka mengklaim bahwa tidak hanya paparan jangka panjang terhadap polusi udara tetapi juga, paparan jangka pendek terhadap polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernapasan jangka panjang.

Pencegahan sederhana
Karena polusi udara melanda berbagai negara bagian di seluruh negeri, kualitas udara yang Anda buktikan dengan paru-paru Anda menurun. Maklum, udara beracun tersebut membuat semua orang batuk, menyebabkan iritasi tenggorokan, bahkan menyebarkan infeksi virus.

Lakukan langkah-langkah kecil ini untuk membuat Anda tetap aman. Hindari jalan pagi, gunakan masker berkualitas baik saat di luar ruangan, tetap terhidrasi dan ikuti diet sehat, dan hindari merokok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya