Kolom Prof Tjandra Yoga: Kemungkinan COVID-19 Sebelum Wuhan

Profesor Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Di akhir November 2020 ada beberapa laporan tentang kemungkinan COVID-19 sudah ada di dunia sebelum Desember 2019, jadi sebelum kejadian di Wuhan China. Sebagian laporan ini juga sudah dipublikasi di jurnal ilmiah, tetapi penulisnya dan banyak pakar lainnya memang juga menyampaikan beberapa kelemahan metodologi penelitian, sehingga hasilnya memang belum sepenuhnya pasti dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut lagi.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Pada 30 November 2020 sebuah penelitian dipublikasi di jurnal ilmiah Clinical Infectious Diseases. Penelitian yang dilakukan oleh badan ber reputasi tinggi yaitu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat ini menganalisa sampel darah dari 7.389 donor darah rutin yang dikumpulkan oleh Palang Merah Amerika Serikat (American Red Cross) dalam periode waktu antara 13 Desember 2019 sampai 17 Januari 2020, sebelum ada laporan kasus COVID-19 di Amerika Serikat.  Ternyata, mereka mendapatkan adanya petunjuk ke arah ditemukannya SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) pada 106 dari 7.389 sampel darah itu, artinya mereka mungkin sudah pernah tertular COVID-19 pada waktu itu, padahal kasus pertama COVID-19 baru terjadi di Amerika Serikat pada 19 Januari 2020. 

Tetapi memang dalam laporan penelitian ini juga disampaikan sedikitnya lima poin keterbatasan penelitian, sehingga kesimpulan akhir penelitiannya memang “menduga mungkin” sudah ada virus ini di Amerika Serikat sejak Desember 2019, atau lengkapnya “These findings suggest that SARS-CoV-2 may have been introduced into the United States prior to January 19, 2020” dan "SARS-CoV-2 infections may have been present in the U.S. in December 2019, earlier than previously recognized”.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Laporan ke dua adalah oleh peneliti di Milan's National Cancer Institute (INT) yang dipublikasi di Tumori Journal November 2020. Penelitinya menyampaikan bahwa COVID-19 mungkin sudah ada di Itali bahkan sejak September 2019. Penelitian mereka adalah pada 959 orang yang mengikuti penelitian skrining kanker paru di Itali pada periode September 2019 sampai Maret 2020, dimana ditemukan 111 diantaranya ternyata sudah punya antibodi terhadap SARS-CoV-2, jadi 11.6 persen sampel sudah terinfeksi virus antara September 2019 sampai Maret 2020.

Peneliti ini juga menemukan bahwa 23 pasien yang ikut penelitian pada September 2019 dan 27 yang ikut di Oktober 2019 juga ternyata sudah punya antibodi terhadap virus penyebab COVID-19 yang notabene baru pertama kali resmi dilaporkan di Wuhan pada Desember 2019 dan baru ada kasus pertama di Itali pada Februari 2020. Tetapi, kembali penelitian ini juga nampaknya masih ada keterbatasan, antara lain kemungkinan hasil laboratorium yang positif palsu (false positive), dan kesimpulan penelitinya pun masih “kemungkinan”, lengkapnya "This finding seems to tell us that the SARS-Cov-2 virus was probably circulating at a low level in Italy before the outbreak that we had in February."

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Dapat juga disampaikan disini bahwa ada penelitian lain yang melaporkan kemungkinan menemukan virus penyebab COVID-19 di air limbah kota Milan dan Turin Italia pada 18 Desember 2019, padahal laporan resmi ke WHO tentang kasus di Wuhan adalah pada 31 Desember 2019. Juga ada laporan lain dari Perancis yang menemukan COVID-19 pada satu pasien yang dirawat 27 Desember 2019, tetapi karena hanya satu pasien maka tentu perlu analisa lebih mendalam sebelum mengambil kesimpulan pasti.

Yang juga banyak dibicarakan adalah penelitian oleh tim dari Shanghai Institute for Biological Sciences yang sebagian di publikasi di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution 24 November 2020, yang menyatakan bahwa virus korona ini nampaknya sudah ada di beberapa negara sebelum laporan di Wuhan itu. Publikasi lain terkait tim ini yang berjudul “The Early Cryptic Transmission and Evolution of Sars-CoV-2 in Human Hosts” pada 17 November 2020 di posting di ssrn.com, suatu media untuk publikasi yang masih berstatus pre-print, jadi belum belum di check oleh para ahli lain sehingga memang belum final hasilnya. 

Publikasi ini menyampaikan tentang riset strain virus dari 17 negara dan daerah dan melacak kemungkinan awal wabah di India atau Bangladesh, antara lain dengan menghitung jumlah mutasi dari setiap strain. Penelitinya menyatakan bahwa Wuhan nampaknya bukanlah kota pertama dimana terjadi penularan antar manusia virus SARS CoV2 ini. Banyak komentar terhadap laporan ini, antara lain tentang metodologinya, aspek analisa filogenetik, penggunaan software yang kurang tepat dll. 

Kita masih harus terus mengikuti perkembangan temuan ilmiah dalam issue ini, yang diharapkan akan makin jelas bagaimana keadaan sebenarnya kalau ada bukti-bukti ilmiah tambahan yang kuat. Kita juga amat mengharapkan agar temuan ilmiah yang akan ada tidak hanya menjelaskan tentang kapan dan bagaimana COVID-19 ini bermula, tetapi juga akan memberi pentunjuk ke arah bagaimana pandemi yang sudah hampir setahun ini dapat segera teratasi.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Guru Besar Paru FKUI. Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Jumlah COVID-19 saat ini masih tinggi, patuhi selalu protokol kesehatan dan lakukan selalu 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan, Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#cucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya