Bahaya untuk Janin, 5 Hal Ini Bikin Ibu Hamil Harus Stop Olahraga

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Stocksnap

VIVA – Melakukan olahraga secara rutin memang penting untuk dilakukan. Bahkan untuk wanita yang sedang hamil kegiatan olahraga juga perlu dilakukan. Seperti diketahui, tetap aktif melakukan kegiatan termasuk olahraga di saat hamil bisa meredakan berbagai gejala terkait kehamilan seperti sakit punggung, pergelangan kaki yang bengkak, dan juga dapat membantu ibu hamil tidur nyenyak di malam hari.

Pekerja Kantoran Sering Mengeluh Sakit Leher dan Pinggang? Begini Mengatasinya

Dilansir Times of India, melakukan olahraga secara teratur selama masa kehamilan tidak hanya membantu ibu tetap bugar tetapi juga sangat bermanfaat bagi bayinya yang belum lahir.  

Bayi tersebut mungkin akan lahir dengan jantung yang lebih bugar, BMI yang lebih rendah, dan otak yang sehat. Namun, ada beberapa situasi di mana olahraga bisa lebih berbahaya daripada menguntungkan. Sehingga olahraga tersebut akan lebih baik dihindari, terutama ketika wanita hamil memiliki masalah kondisi kesehatan. Jadi, ada baiknya, sebelum melakukan olahraga, lakukan konsultasi dengan dokter untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi atau hal yang tidak diinginkan.

Selamat! Mpok Alpa Umumkan Hamil di Usia 37 Tahun

Nah, supaya olahraga aman dilakukan ada baiknya, para ibu harus tahu, kondisi seperti apa saja yang membuat para ibu hamil harus menunda atau tidak melakukan olahraga? Yuk simak terus artikelnya. 

1. Riwayat persalinan prematur

Terkuak, Usia Janin Wanita Hamil di Kelapa Gading yang Tewas Dibunuh

Jika anak pertama Anda lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau yang biasa disebut sebagai persalinan prematur, sebaiknya hindari segala jenis aktivitas fisik yang berat termasuk olahraga. Bahkan jika Anda pernah mengalami persalinan prematur dalam kehamilan saat ini (kontraksi setelah minggu ke-20  dan sebelum minggu ke 37). Sangat disarankan agar Anda lebih banyak istirahat. Tetapi jika tertarik untuk berolahraga, konsultasikan dengan dokter terlebih dulu. Dokter mungkin akan menyarankan beberapa jenis olahraga yang mudah dan tidak berpengaruh pada janin. 

2. Pernah alami riwayat tanda-tanda keguguran

Wanita dengan riwayat keguguran atau mereka yang pernah mengalami pendarahan atau bercak pada masa kehamilan, ibu harus ekstra hati-hati beraktivitas selama sembilan bulan kehamilannya. Kebanyakan wanita menghindari berolahraga dalam 12 minggu pertama kehamilan untuk menghindari keguguran.  Sebaiknya konsultasikan dengan dokter anda tentang jenis aktivitas apa yang dapat anda lakukan.

3. Masalah plasenta

Dalam kasus plasenta previa, biasanya ibu hamil dianjurkan untuk menurunkan tingkat aktivitas karena aktivitas fisik yang keras dapat memicu kontraksi atau perdarahan. Wanita dengan masalah plasenta perlu ekstra hati-hati pada trimester atau periode pertama, setelah itu mereka diperbolehkan melakukan aktivitas fisik ringan.  Dan itu semua tergantung kondisi kesehatan mereka.

4. Masalah jantung dan paru-paru

Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung dan paru-paru juga disarankan untuk menjauhi semua jenis latihan aerobik. Karena jenis latihan ini, bisa memicu detak jantung meningkat dan kebutuhan oksigen tubuh meningkat. Ini mungkin menjadi masalah bagi wanita yang menderita tekanan darah tinggi, asma, dan komplikasi terkait jantung dan paru-paru lainnya.

5. Olahraga yang tak boleh dilakukan wanita hamil

Semua jenis senam aman dilakukan selama ibu hamil dalam kondisi sehat pada masa kehamilan dan tidak menderita komplikasi terkait kehamilan.  Berenang, jalan cepat, bersepeda stasioner dalam ruangan, dan olahraga ringan adalah yang terbaik untuk ibu hamil. Namun, ada beberapa aktivitas tertentu yang harus mereka hindari demi keselamatan bayi. Apa saja? 

Yang harus dihindari berbaring telentang setelah 4 bulan kehamilan. Hindari juga olahraga yang berisiko menyebabkan cidera seperti kickboxing, squash, tenis, sepak bola, dan hoki. Hindari juga aktivitas fisik di mana perubahan tekanan dan ketinggian biasa terjadi seperti scuba-diving. Dan hindari pula latihan berisiko tinggi yang melibatkan banyak gerakan memutar.

Laporan: Prima Nadia Rahayu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya