- Pixabay
VIVA – Sebagai salah satu organ pernapasan, hidung memiliki banyak fungsi. Namun, untuk menjaga agar fungsinya tetap optimal, ternyata hidung harus tetap terhidrasi atau tidak boleh kering.
Nah, agar hidung tetap lembap, cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan cuci hidung, di mana salah satu manfaatnya adalah untuk mencegah timbulnya penyakit pernapasan, termasuk COVID-19.
Lalu, bagaimana caranya melakukan cuci hidung? Apakah bisa dibasuh dengan air biasa? Dokter Spesialis THT-KL, dr. Hemastia Manuhara Harba'i Sp. THT-KL, akan memberikan penjelasannya.
"Bisa pakai botol spray bisa pakai cairan infus. Jadi bisa pakai suntikan dan cairan infus," ujarnya saat webinar bertajuk Pentingnya Kebiasaan Cuci Hidung Bagi Penderita Sinusitis, yang digelar baru-baru ini.
Lebih lanjut, dokter Hemastia menjelaskan tentang alasan di balik pentingnya melakukan cuci hidung.
"Karena di bagian belakang hidung atau nasofaring itu dari kanan dan kiri bertemu jadi satu atau seperti letter 'U' terbalik. Jadi, kalau kita bersihkan sisi kanan bisa keluar dari sisi kiri," kata dia.
Hemastia pun turut menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencuci hidung.
"Pertama, cuci tangan lalu untuk hidung kanan kepala miring ke kiri sambil buka mulut untuk napasnya. Dan hidung kiri kepala miring ke kanan sambil buka mulut untuk napasnya," kata dia.
Menurut Hemastia, pentingnya melakukan cuci hidung bahkan sudah dibuktikan dalam beberapa jurnal. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa cuci hidung bisa membantu penderita sinusitis dan alergi.
"Lalu, yang kedua pada tahun 2021, pada pasien COVID-19 sangat dianjurkan pada orang yang mengalami gejala ringan ataupun berat. Ringan sebaiknya dilakukan, tapi kalau sudah sedang udah wajib cuci hidung," tuturnya.
Sedangkan pada jurnal terakhir disebutkan, pentingnya melakukan cuci hidung pada pasien COVID-19 adalah sebagai first line dan intervention pada gejala awal COVID-19.
Masih Ada Stigma Pemikiran Feminis dan Alergi Perspektif Gender, Menurut Komnas Perempuan
Komnas Perempuan memandang masih ada stigma terhadap pemikiran feminis sehingga membuat lembaga pengada layanan cenderung menghindari penggunaan istilah feminis.
