Seperti HIV, Pakar IDI Sebut COVID-19 Tak Mungkin Musnah

Ilustrasi virus corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, Indonesia berperan penting dalam usaha mengubah pandemi COVID-19 menjadi endemi. Hal tersebut dipaparkan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito bahwa terdapat tiga strategi untuk mengatasinya.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Strategi tersebut terdiri dari pertama, peningkatan kedisiplinan terhadap Protokol Kesehatan 3M, kedua, akselerasi vaksinasi dalam skala besar, dan ketiga, peningkatan upaya 3T.  

"Yang harus digarisbawahi adalah, ketiga strategi tersebut harus dijalankan secara bersamaan karena sama pentingnya dan membutuhkan partisipasi aktif seluruh kelompok masyarakat," kata Prof Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, baru-baru ini.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Menanggapi hal itu, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menyebut bahwa harapan tersebut tentunya hadir di benak tiap orang. Namun, kemungkinan COVID-19 menjadi endemi sangat kecil, bahkan diibaratkan seperti kasus penyakit HIV.

"Ya kayak HIV. Kayak penyakit-penyakit virus lain yang masih ada di bumi. Kalau berharap COVID-19 musnah, nyaris enggak mungkin," jelasnya, dikutip dari akun twitter @ProfZubairi, Rabu 1 September 2021.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Menurut Prof Zubairi, COVID-19 tak mudah untuk dihilangkan seperti kasus penyakit infeksi variola. Pada kasus HIV saja, sudah menjadi penyakit infeksi yang hidup berdampingan dengan warga Indonesia selama puluhan tahun.

"Semua pasti berharap ingin hilang. Seperti Variola. Bukan hanya endemi atau hiperendemi. Tapi, Indonesia dan dunia itu masih menghadapi—di antaranya HBV dan HIV. Bahkan HIV sudah 40 tahun menjadi “teman” kita," imbuhnya.

Indonesia bisa saja menjadikan COVID-19 sebagai endemi, namun jalannya pun masih panjang. Dijelaskan Prof Zubairi, butuh kerja keras agar hal itu terwujud dan jalannya tentu panjang.

"COVID-19 di Indonesia bisa menjadi endemi? Mungkin. Tapi sepertinya masih panjang. Masih lama. Dua sampai tiga tahun lagi. Bisa jadi juga akan jadi hiperendemi. Yang penting tetap sadar, kita ini masih fase pandemi. Tetap hati-hati dan segera vaksin," pesannya.

Situasi dunia saat ini, terangnya, masih mengalami jumlah kasus COVID-19 yang belum stabil dan juga belum ada yang mampu menjadikan COVID-19 endemi maupun hiperendemi. Sementara di Indonesia sendiri, kata Prof Zubairi, angka kematian akibat COVID-19 juga terbilang masih tinggi.

"Belum ada yang endemi dan juga hiperendemi. Termasuk Indonesia. Situasi sebenarnya di Indonesia? Sudah mulai turun. Sekarang rumah sakit mulai sepi. Positivity rate turun signifikan. Namun angka kematian kita masih tinggi. Ini yang menjadi catatan," pungkasnya.

Sebagai penjelasan, terkait dengan penyebaran suatu virus termasuk di COVID-19, ada beberapa tingkatan penyebaran yang terjadi. Saat ini, dunia masih berada dalam situasi pandemi yaitu suatu keadaan dimana penularan virus COVID-19 dirasakan serempak di berbagai belahan dunia.  

Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat global berharap pandemi ini dapat mengecil skalanya sehingga berubah menjadi endemi. Meski nantinya COVID-19 berubah statusnya menjadi endemi, bukan berarti virus ini serta merta hilang.  

Endemi merupakan keadaan dimana penyebaran virus terbatas pada daerah tertentu dalam jumlah dan frekuensi yang rendah sehingga mereka yang tertular akan mendapatkan penanganan yang maksimal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya