Sulit Didiagnosa, Ini 3 Gejala yang Mendominasi Penyakit Lupus

Penyakit lupus.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tidak hanya kanker, penyakit autoimun juga memiliki banyak jenis. Di antaranya, rheumatoid arthritis (RA), sklerosis sistemik (scleroderma), termasuk kondisi seperti lupus eritematosus sistemik (LES). 

Pentingnya Deteksi Dini: Gejala Awal serta Faktor Risiko Kanker Serviks yang Harus Diwaspadai

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan salah satu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh. Faktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini adalah gen dan lingkungan. 

Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi, Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR, menuturkan, manifestasi klinis dari penyakit ini sangat beragam, seperti pada kulit, sendi, ginjal dan sistem organ lainnya yang tidak selalu muncul bersamaan, sehingga seringkali dikenal dengan penyakit dengan seribu wajah. 

5 Fakta Penting tentang Penyakit FLUTD pada Kucing

"Walaupun beberapa data sudah tersedia seputar lupus, namun hingga kini, data epidemiologi nasional terkait penyakit ini belum tersedia di Indonesia," ujarnya saat webinar yang digelar Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) dan Novartis Indonesia, yang digelar baru-baru ini. 

Dokter Singgih menambahkan, setiap pasien LES memiliki gejala yang berbeda-beda. LES memiliki manifestasi klinis, kelainan imunologi, perjalanan penyakit, serta akibat penyakit yang beragam.

61 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Surabaya, Kenali Gejala-gejalanya

Penderita lupus.

Photo :
  • U-Report

"Manifestasi klinis pada kulit, ginjal, dan sistem organ lainnya tidak selalu muncul bersamaan, melainkan dapat berkembang seiring dengan perjalanan penyakit," ungkapnya. 

Singgih lebih lanjut mengungkapkan, penyakit lupus sulit didiagnosa karena memiliki banyak gejala yang sering disalahartikan sebagai penyakit lain. Penegakan diagnosis LES merupakan sebuah tantangan tersendiri karena keragaman manifestasi klinisnya. 

"Rasio pasien perempuan dan laki laki adalah 15:1 hingga 22:1 dengan gejala yang muncul di rentang usia produktif. Diagnosis LES dapat dipastikan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang serta memerlukan kajian secara mendalam oleh dokter spesialis," terang dia.

Setelah diagnosis ditetapkan, Singgih memaparkan, pasien memerlukan penilaian terhadap aktivitas penyakit dan keterlibatan organ untuk menentukan rencana terapi yang tepat.

"LES memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan populasi sehat, penyakit ini menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karena gejalanya yang muncul secara signifikan atau kambuh secara tiba-tiba. Gejala yang mendominasi, antara lain kelelahan, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik, dan rasa nyeri," jelas dia. 

Tidak hanya itu, menurut Singgih, LES juga memiliki dampak negatif pada karier pasien, bahkan hingga 39 persen pasien LES melaporkan bahwa mereka harus berganti pekerjaan karena penyakit tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya