Miris, 71 Persen Bumil Konsumsi Kental Manis Sebagai Asupan Gizi

Ilustrasi kental manis.
Sumber :
  • Freepik/azerbaijan_stockers

VIVA – Literasi gizi adalah upaya bersama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi. Langkah ini sekaligus sebagai upaya untuk memutus mata rantai gizi buruk dan percepatan penurunan stunting.

5 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Wanita Hamil, dari Daging Mentah hingga Kafein

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto, mengatakan, meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19, namun dia optimis target penurunan stunting tetap tercapai. 

“Target kita pada 2024 itu stunting turun menjadi 14 persen. Seharusnya target penurunan per tahun itu minimal 2,7 persen. Namun karena pandemi, pada 2020 penurunannya hanya 0,8 persen. Kecil memang, tapi di 2022 nanti, dengan kita melibatkan semua sumber daya di masyarakat, diharapkan bisa turun menjadi 18 persen," kata dia saat Konferensi Pers 10 Ribu Masyarakat Terjangkau Literasi Gizi Melalui Edukasi Berkesinambungan, yang digelar YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis 16 Desember 2021. 

Kemenag Bekali Pelatihan Guru dan Pengawasan RA untuk Cegah Stunting Melalui PAUD HI

Agus menambahkan, konsumsi susu kental manis (SKM) oleh balita, bisa dibilang kekerasan pemberian makanan untuk anak. 

"Makanan yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh anak tapi diberikan sebagai minuman anak. Jadi ini pemaksaan konsumsi di masyarakat. Oleh karena itu, edukasi ini penting untuk terus dilakukan," kata Agus Suprapto. 
 
Ketua Umum HIMPAUDI, Netti Herawati mengatakan, upaya penurunan stunting ini adalah tanggung jawab Pemerintah. 

Jokowi: Indonesia Succeeded in Reducing Stunting Rate

“Edukasi-edukasi gizi dan konsumsi makanan bergizi untuk anak ini dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat, namun bukan berarti Pemerintah bisa lepas tangan. Tetap tanggung jawab untuk peningkatan literasi gizi masyarakat ini ada di Pemerintah. Oleh karena itu, yang diharapkan ke depannya adalah bagaimana kolaborasi Pemerintah dengan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ini," jelas Netti Herawati. 
 
Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa M.Kes, mengatakan, mereka meneliti risiko kejadian stunting, ternyata ada potensi kejadian stunting pada anak yang mengonsumsi susu kental manis. 

"Kami juga melakukan penelitian terhadap konsumsi susu kental manis oleh ibu hamil dengan balita. Ternyata hasil penelitian banyak sekali ibu-ibu yang mengatakan dan mengonsumsi susu kental manis ini sebagai susu. Ini bukti bahwa literasi gizi dan konsumsi susu kental manis pada balita ini perlu menjadi concern bersama," terang Chairunnisa.

Hal yang sama juga disampaikan dr. Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU. 

"Dulu susu kental manis di supermarket dikelompokkan ke dalam susu anak, sekarang sudah terlihat di supermarket dikelompokkan di rak gula. Jadi, ini adalah kemajuan dari edukasi yang kita lakukan selama ini, bahwa sudah ada pemahaman bahwa ini bukan susu, tapi gula," tambah Erna. 

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat mengatakan, tahun ini peneliti YAICI melakukan penelitian konsumsi pada ibu hamil, dan hasilnya cukup mengagetkan. Ternyata, 71 Persen ibu mengonsumsi SKM sebagai asupan gizi selama hamil. Hasil lain menemukan, 60,6 persen ibu mengonsumsi SKM sebanyak 3-6 takaran sendok. 

"Kami masih melihat celah pelanggaran aturan tentang susu kental manis dalam PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan oleh produsen. Karena itu, kami telah menyiapkan rencana program edukasi termasuk melanjutkan pilot project edukasi makanan bergizi dan bahaya penggunaan susu kental manis, melalui penerapan G21H dan Mindful Parenting," tutur Arif Hidayat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya