Benarkah Diabetes Pemicu Utama Kematian COVID-19 Omicron?

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA – Meski kerap dianggap menimbulkan gejala ringan, namun faktanya varian COVID-19 Omicron dapat memicu gejala berat dan kematian. Menurut data terbaru, kematian akibat COVID-19 Omicron di Indonesia terdeteksi sebanyak 257 jiwa per Selasa 22 Februari 2022. 

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Indonesia Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Sebelumnya, dibeberkan Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, bahwa vaksinasi tak mencegah penularan 100 persen. Apalagi bagi pasien komorbid, meski sudah divaksin tetap berisiko mengalami gejala berat. Dijelaskan dokter Erlina, komorbid yang dialami patut menjadi perhatian lantaran tak terkendali sehingga dapat memicu kematian.

"Ini kan pasien penyakit penyertanya diabetes dan hipertensi. Penyakit menahun. Itu dua penyakit dasar yang memperburuk kondisinya jika dia terserang COVID-19," jelasnya, beberapa waktu lalu.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Sementara itu, menurut Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik & infeksi dr. Ronald Irwanto, Sp.PD-KPTI, FINASIM, komorbid memang menjadi salah satu penyulit bagi setiap infeksi, termasuk COVID-19. Diabetes pun menjadi salah satu bentuk komorbid yang cukup rentan, namun banyak faktor lain yang memicu keparahan COVID-19.

"Diabetes salah satu aja yang bawa kondisi perburukan. Tapi di luar itu bisa ada orang muda pun banyak juga yang jadi parah," ujar dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah dan RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dalam acara media, Selasa 22 Februari 2022.

9 Karbohidrat yang Sehat dan Aman untuk Penderita Diabetes, Bebas Khawatir Gula Darah Naik!

Dokter Ronald memaparkan bahwa banyak pula orang usia muda tanpa komorbid yang mengalami gejala berat. Hal itu terbukti pada gelombang kedua kemarin saat didominasi oleh varian Delta, di mana banyak pasien usia muda yang dalam kondisi parah.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner

"Jadi memang komorbid merupakan salah satu yang penyulit. Komorbid bisa jadi penyulit pada setiap infeksi COVID-19. Bukan hanya komorbid. Tapi banyak juga pada gelombang Delta, banyak pasien usia muda kondisi parah, tidak ada diabetes," imbuhnya.

Menurut dokter Ronald, ada tiga faktor utama yang sebenarnya memicu keparahan gejala COVID-19. Pertama, loading virusnya tinggi atau jumlah virus yang sangat banyak sehingga gejalanya lebih berat.

"Kedua, reseptor tempat virus nempel di sel tubuh. Kalau reseptor banyak, artinya pintu masuknya tinggi. Kondisi jadi buruk. Ketiga, faktor sel inflamasi tinggi," jelasnya.

Untuk itu, dokter Ronald meminta agar tak meremehkan virus SARS-CoV-2 apapun jenis variannya. Sebab dengan ketiga faktor itu, tak heran kondisi tubuh bisa kepayahan sehingga gejala lebih berat hingga memicu kematian.

"Begitu virus masuk, jumlah resptor tinggi, lalu ada sel peradangan tinggi, pada orang tanpa komorbid bisa jadi kondisi ini bawa kondisi berat," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya