Kata WHO soal Pandemi COVID-19 Usai hingga Gejala Ringan BA.2

Logo WHO.
Sumber :
  • WHO

VIVA – Ketika kasus COVID-19 masih meningkat di berbagai negara di seluruh dunia, ada anggapan yang membuat orang percaya bahwa pandemi sudah terkendali. Bahkan, tak sedikit yang menganggap bahwa varian Omicron tak berbahaya. Lantas, apa faktanya?

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Khawatir dengan misinformasi tentang pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya membahas masalah tersebut. Tim WHO mengatakan bahwa berbagai penyebab, termasuk informasi yang salah, memicu peningkatan kasus saat ini di seluruh dunia. Informasi yang salah seperti pandemi akan usai, gejala Omicron ringan dan Omicron adalah jenis terakhir dari COVID-19, harus diatasi. 

Pemimpin Teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove menyebut ketiga informasi palsu alias hoax itu menyebabkan banyak kebingungan dan memungkinkan virus terus berkembang biak. Untuk itu, berikut penjelasan WHO tentang anggapan salah tentang COVID-19 yang saat ini beredar luas.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal Dunia

Pandemi sudah berakhir

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner
Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Maria mengatakan bahwa sejumlah besar hoax yang beredar menyebutkan pandemi usai. Hal itu ditengarai dengan sederet informasi bahwa Omicron hanya memicu gejala ringan dan ini menjadi varian terakhir COVID-19.

"Kami memiliki sejumlah besar misinformasi yang ada di luar sana. Misinformasi tentang Omicron ringan. Misinformasi bahwa pandemi telah berakhir. Misinformasi bahwa ini adalah varian terakhir yang harus kami tangani. Ini benar-benar menyebabkan banyak kebingungan," ujar Maria.

BA.2 tidak parah

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Maria Van Kerkhove berbicara tentang substrain Omicron BA.1 dan BA.2. Ia mencatat bahwa para ilmuwan belum melihat perubahan dalam tingkat keparahan BA.2 dibandingkan dengan BA.1 pada tingkat populasi. Dia menambahkan bahwa negara-negara yang belum memvaksinasi warganya, terutama yang lemah, mengalami jumlah kematian yang lebih tinggi.

"Namun, dengan jumlah kasus yang sangat besar, Anda akan melihat peningkatan rawat inap dan pada gilirannya menyebabkan peningkatan kematian, terutama pada orang yang tidak divaksinasi atau sebagian divaksinasi," katanya.

Virus corona akan jadi flu musiman

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu

Direktur eksekutif untuk kedaruratan kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, mengatakan bahwa Omicron akan menguras dana kesehatan selama berbulan-bulan. Menurutnya, virus tersebut belum menunjukkan tanda-tanda menjadi musiman. 

"Beginilah cara kerja virus. Mereka membangun dirinya sendiri di dalam komunitas dan bergerak cepat ke komunitas berikutnya yang tidak terlindungi," katanya.

Varian terakhir

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

Dengan Israel melaporkan varian baru COVID-19 yang merupakan kombinasi Omicron BA.1 dan BA.2, Dr Muke Ryan menyebut bahwa virus kerap berevolusi. Hal itu ditengarai oleh penularan virus yang bermutasi usai menginfeksi manusia.

"Ketika virus memasuki tubuh manusia, ia berevolusi. Itu hanya evolusi yang sedang beraksi. Virus yang sama, masuk ke dalam tubuh dan keluar sedikit berbeda. Itu disebut penyimpangan dan dari waktu ke waktu yang dapat menghasilkan varian," tuturnya.

"Rekombinasi terjadi ketika dua virus menginfeksi orang yang sama atau hewan yang sama. Dan apa yang Anda alami bukan hanya kesalahan dalam transkripsi. Tetapi dua virus dapat bertukar informasi genetik dalam jumlah besar dan Anda secara efektif mengeluarkan virus baru dari ujung yang lain," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya