4 Kasus COVID-19 BA.4 dan BA.5 di RI, Timbul Gejala Berat?

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA – Empat kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Indonesia dan telah dikonfirmasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sebagian besar kasusnya dialami oleh Warga Negara Asing (WNA) dengan status vaksinasi lengkap dan sudah booster.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Juru bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan bahwa empat kasus varian baru COVID-19  tersebut menunjukkan gejala ringan, bahkan mayoritas tanpa gejala sama sekali. Keempat pasien tersebut juga berstatus sudah vaksinasi lengkap, bahkan ada yang booster dua kali.

"Kasus BA.5, laki-laki 57 tahun. Sakit tenggorokan dan badan pegal. Vaksinasi 4 kali dengan pfizer," ujarnya dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Jumat 10 Juni 2022.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Dua pasien BA.5 lainnya sudah vaksinasi lengkap dan satu kali vaksin booster dengan Johnson & Johnson. Selain itu, Syahril mengungkapkan, dua pasien WNA ini tak menunjukkan gejala sama sekali namun tetap melakukan isolasi mandiri.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Vaksinasi booster sebetulnya kebutuhan. Dengan harapan dapat tambah imunitas kita semua. Bahkan disampaikan, kecukupan booster ini banyak dan dapat diberikan ke masyarakat secara gratis," kata Syahril.

Tiga kasus BA.5 merupakan Warga Negara Asing (WNA) dengan seluruhnya laki-laki berusia 34 tahun, 45 tahun, dan 57 tahun. Mereka merupakan delegasi yang melakukan perjalanan untuk pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23-28 Mei 2022.

Ilustrasi obat COVID-19.

Photo :
  • Pixabay

"Ditemukannya subvarian baru ini, menunjukkan bahwa penyebarannya cepat. Lebih cepat dari omicron sebelumnya tapi tingkat keparahan tidak seberat omicron sebelumnya," imbuhnya.

Syahril menyebut, sebenarnya gejala Omicron pun sudah lebih ringan dibanding Delta. Akan tetapi, tetap perlu pengawasan dan isolasi mandiri agar tak menulari individu lainnya sehingga angka kasus bisa diredam.

"Walau nanti ada kenaikan kasus tapi gejala ringan bahkan tidak ada gejala dan kita bisa lakukan (pencegahan lonjakan kasus) dengan isolasi mandiri," katanya.

Ada pun sejumlah langkah pencegahan sudah dilakukan Kemenkes seperti melibatkan pemerintah daerah untuk tracing dan testing. Lalu, pencegahan terutama di suatu acara besar atau berskala internasional dengan fasilitas tes COVID-19.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya