Kaitan Kasus Pesepeda yang Meninggal Mendadak Karena Serangan Jantung

Viral video pesepeda meninggal dunia di jalan
Sumber :

VIVA Lifestyle – Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung sejak awal 2020 lalu berdampak pada perubahan gaya hidup di masyarakat. Selama pandemi masyarakat mulai mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat salah satunya dengan berolahraga demi meningkatkan daya tahan tubuh.

Tak Ada Tanda Penyakit Serius, Jhonny Iskandar Sempat Live TikTok Sehari Sebelum Meninggal

Salah satu olahraga yang banyak digemari masyarakat selama pandemi COVID-19 adalah olahraga. Olahraga sepeda ini memiliki banyak manfaat kesehatan, salah satunya menjaga kardiovaskular.

Namun tidak sedikit dari masyarakat yang kemudian ragu untuk bersepeda lantaran adanya beberapa kasus pesepeda yang meninggal dunia secara mendadak.

Olga Pura-pura Meninggal Agar Lolos dari Maut

Serangan jantung

Photo :
  • times of india

Misalnya saja beberapa kasus seperti kasus pesepeda yang mendadak meninggal di kawasan Monas. Kala itu pesepeda itu menggunakan masker dan disebut memiliki penyakit jantung.

Dipicu Emosi, Ayah Tiri Aniaya Bayi 10 Bulan Hingga Tewas

Atau kasus seorang pesepeda yang meninggal dunia saat mengikuti kegiatan road bike di Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu-Tanah Abang pada 2021 yang diduga terkena serangan jantung.

Lantas bagaimana kaitan bersepeda dengan serangan jantung? Terkait hal itu, spesialis kesehatan olahraga dari Welspro, dr. Dhika Respati, Sp.KO angkat bicara.

Ilustrasi serangan jantung

Photo :
  • Eat This

"Orang bisa kolaps di tengah jalan most casnya akibat jantung. Bisa karena serangan jantung atau henti jantung," kata dia dalam acara brand launching Welspro.

Lebih lanjut, diungkap oleh Dhika bahwa serangan jantung itu terjadi akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah. Sementara itu, henti jantung adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba.

"Serangan jantung itu terjadi akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah jantung. ada lagi henti jantung itu beda lagi, henti jantung lebih kepada iramanya kelistrikan bermasalah," ungkap dia.

Dhika juga mengungkap bahwa jika menelisik dua gangguan pada jantung ini lebih banyak disebabkan karena faktor gaya hidup atau lifestyle. Mulai dari kebiasaan merokok, pola makan, manajemen stress, hingga pola istirahat.

Serangan jantung

Photo :
  • Times of India

"Itu tidak meluluh ngomongin soal latihan fisik, olahraganya, lebih kepada lifestyle dia ngerokok apa enggak, makannya gimana, istirahatnya gimana, managemen stresnya gimana kalau olahraga gak jaga makan, begadang, rokoknya berat kemudian faktor stress itu tidak dikelola maka akan gangguan jantung. Begitu dia punya modal gangguan jantung dia bersepeda di luar kapasitasnya terjadi serangan atau henti jantung," ujar dia.

Berkaitan dengan pola istirahat, orang dewasa disarankan untuk memiliki jam tidur yang cukup yakni 7-8 jam sehari.

Jika dibawah 7 jam per hari dan pola tersebut dilakukan dalam waktu panjang maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya. Hal ini bisa berdampak pada peningkatan risiko serangan jantung saat berolahraga.

"Kalau di bawah 7 jam per hari apalagi dalam jangka waktu panjang maka sistem kardiovaskular itu akan lebih berat kerja jantungnya. Yang namanya jantung semakin kita hajar bebannya maka risiko ada serangan atau henti jantung bisa semakin berat. Jadi benar kurang tidur, nutrisi tidak terjaga, manajemen stress, merokok, akan meningkatkan risiko itu," ujar Dhika.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya