Kasus Gangguan Ginjal Akut Meningkat pada Anak, Ini Imbauan IDAI

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) yang tajam pada anak, utamanya di bawah 5 tahun yang sebelumnya hanya 1- 2 kasus per bulan sejak Januari 2022. Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, yang penyebabnya masih dalam penelusuran.

Cakupannya Menurun, Kemenkes Imbau Lengkapi Vaksinasi Anak-anak hingga Orang Dewasa

IDAI tengah menyikapi perkembangan situasi terkait hasil investigasi Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait penyebab Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA). Serta memerhatikan peningkatan kasus yang terus naik secara pesat. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Oleh sebab itu, IDAI memberikan tiga poin imbauan untuk masyarakat yang harus diperhatikan, seperti yang tertera dalam surat resmi dari Pengurus Pusat IDAI, Rabu 19 Oktober 2022 berikut ini.

Catat, Dokter Sarankan Jemaah Haji Bawa Obat-obatan Ini ke Tanah Suci

1. Masyarakat untuk sementara waktu sebaiknya tidak membeli obat secara bebas tanpa rekomendasi dari tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM.

Ilustrasi sirup obat batuk anak.

Photo :
  • iStockphoto.
Jaga Kesehatan, Ini Obat-obatan yang Perlu Dibawa Jemaah Haji

2. Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil secara mendadak.

3. Orangtua sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dan lainnya).

Sementara itu, IDAI menegaskan 6 imbauan bagi para tenaga kesehatan dan rumah sakit, sebagai berikut:

1. Tenaga kesehatan menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kemenkes dan BPOM.

Obat batuk

Photo :
  • http://groovygreenlivin.com

2. Bila memerlukan obat sirup khusus, seperti obat anti epilepsi atau lainnya yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak. 

3. Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.

4. Peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memerhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian.

5. Tenaga kesehatan diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA baik di rawat inap maupun rawat jalan.

6. Rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya