Jemaah Haji Diserang Pneumonia Pasca Armuzna, Pulang ke Tanah Air Harus Karantina?

Jemaah haji Indonesia jelang kepulangan ke Tanah Air.
Sumber :
  • MCH 2023 | Lutfi Dwi Pujiastuti

MEKKAH – Hingga hari ini, Kamis, 13 Juli 2023 jumlah jemaah haji yang telah pulang ke Tanah Air sebanyak 161 kelompok terbang atau sebanyak 61.054 jemaah. Seperti diketahui pasca puncak haji, banyak jemaah menderita sakit batuk dan flu. Bahkan kasus pneumonia pada jemaah haji melonjak terutama usai fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Umumnya, gejala pneumonia yang dialami jemaah ditandai batuk, pilek, demam, hingga sesak napas. Lalu berbahayakah kondisi ini? Perlukah jemaah haji yang sudah berangsur pulang ke Tanah Air melakukan karantina?

Permudah Transaksi Jemaah Haji, Kartu Debit Bank Muamalat Sudah Bisa Nirsentuh

Terkait hal ini, Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Imran memastikan, jemaah yang mengalami gejala batuk pilek tidak perlu dikarantina ketika tiba di Indonesia. Menurutnya penyakit pneumonia yang ditandai dengan gejala batuk pilek yang diderita para jemaah selepas menjalankan ibadah haji bukanlah wabah.  

"Ini bukan wabah. Untuk peningkatan kasus di sini memang terlihat, tapi jenis virus dan bakterinya bukan jenis yang bisa sebabkan wabah," ujarnya saat ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah beberapa waktu lalu. 

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Seperti duketahui, proses pemulangan jemaah haji gelombang satu ke Tanah Air sudah berlangsung sejak 4 Juli 2023 melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Pemulangan jemaah gelombang satu ini akan terus dilakukan secara bertahap hingga 18 Juli 2023 mendatang.

"Jadi jemaah yang pulang ke Tanah Air juga tidak perlu melakukan karantina, hanya saja ini batuk pilek biasa yang butuh perawatan dan istirahat, apalagi lansia (jemaah lanjut usia)," kata Imran.

Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji

Terkait banyaknya jemaah Indonesia yang menderita pneumonia pasca Armuzna, dr Imran memastikan, sejauh ini tidak ada warning dari Pemerintah Arab Saudi terkait penyakit komunal. Menurutnya, pneumonia atau radang paru yang dialami jemaah haji bisa bersumber dari virus dan bakteri, tapi bukan karena COVID-19. Seperti apa pengobatannya?

"Cukup minun vitamin, istirahat, minum air. Kalau (sakit) berlanjut ke dokter," ucap Imran.

Pneumonia Pasca-Armuzna

Jemaah Haji Indonesia tiba di Arafah

Photo :
  • MCH 2023 | Lutfi Dwi Pujiastuti

M Imran sempat mengatakan, per Minggu 10 Juli 2023 lalu total ada 205 jemaah yang dirawat baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) kawasan Mekkah.

"Jadi penyakit pneumonia ini adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja, tapi berdampak berat terutama pada mereka yang berusia lanjut," ujarnya saat ditemui di KKHI Makkah, Senin, 10 Juli 2023. 

Umumnya, pneumonia menyerang jemaah haji dengan daya tahan tubuh yang rendah akibat kelelahan. Oleh karenanya, kasus pneumonia pada jemaah ini melonjak pasca puncak haji. Pneumonia sendiri yang diderita para jemaah memiliki gejala batuk, pilek, sesak napas dan demam. Namun pada jemaah lansia, gejala tersebut justru tidak terlihat signifikan.

"Gejala yang khas pneumonia sepeti sesak dan demam pada lansia tidak selalu muncul. Biasanya mereka datang justru dengan keluhan kurang nafsu makan, batuk pilek, tapi ini sering dianggap batuk pilek biasa, sehingga penanganannya kurang, mereka mungkin berobat sendiri," kata Imran.

Meski demikian kasus pneumonia ini tidak bisa dianggap sepele. Selain menjadi momok bagi jemaah haji yang dirawat, kata Imran, peneumonia juga turut menyumbang peningkatan kasus kematian pasca-Armuzna.

"Pneumonia ini gejalanya sepele tapi dampaknya masif," ujarnya.

Walau demikian, banyaknya kasus pneumonia jemaah haji belum bisa dikatakan sebagai darurat pneumonia. Sebagai langkah penanganan, KKHI dan PPIH Arab Saudi telah mendistribusikan obat-obatan dan alat penunjang kesehatan. Tak cuma itu, promosi kesehatan sebagai upaya promotif preventif untuk mencegah penularan pneumonia juga terus digaungkan. "Sudah disampaikan agar jemaah haji selalu pakai masker dengan baik dan benar. Kedua, mengurangi kontak fisik, misalnya salaman setelah sholat. Berikutnya cuci tangan pakai sabun."

"Pesan-pesan ini kita kuatkan lagi terkait dengan jumlah kasus penumonia," kata Imran menandaskan.

Perlu diketahui pula hingga hari ini, Kamis, 13 Juli 2023, jumlah jemaah haji wafat mencapai 599 orang. dr Imran berharap, angka ini bisa ditekan dan tidak ada lagi penambahan jumlah jemaah wafat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya