Kisah Penderita Sindrom Asperger jadi Sarjana

Kouji penderita Sindrom Asperger Lulus Kuliah
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Diza Liane Sahputri

VIVA.co.id – Kouji Santoso Eto, dari fisiknya, nampak seperti orang normal. Apalagi, dia bisa lulus perguruan tinggi dengan nilai yang baik. Tapi, siapa sangka, Kouji justru harus berjuang mati-matian meraih gelar sarjana komunikasi dengan masalah kesehatan yang dialaminya. Ia, merupakan penderita sindrom asperger.

Hari Kesadaran Autisme Sedunia, Gimana Cara Tunjukkan Kepedulian?

Sindrom Asperger sendiri merupakan gangguan neurobiologis (neuro transmitter) dan gangguan autis yang dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.

Selama 23 tahun kehidupannya, Kouji, telah mengalami banyak hal karena sindrom yang dideritanya sejak lahir. Namun, ia tak malu menjadi penderita sindrom asperger. Bahkan diakuinya, sindrom tersebut merupakan salah satu gejala autis. Namun kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya relatif tidak mengalami penurunan. Bhkan, rata-rata penderita sindrom ini memiliki IQ yang relatif tinggi.  Sindrom ini pun dianggap bukan sebuah penyakit mental.

5 Rekomendasi Permainan, Bisa Tingkatkan Motorik Kasar dan Halus Anak Berkebutuhan Khusus

Kouji yang lahir di Osaka, Jepang itu, membuktikan, pada hari ini, ia berhasil menyelesaikan studinya di jenjang perkuliahan dalam waktu yang relatif cepat. Ia bahkan berhasil menyelesaikan studinya selama delapan semester seperti pada umumnya. Padahal, tantangan yang dilalui Kouji tidak mudah.

Beruntung, Kouji memilih tempat belajar yang ramah dengan kondisi mahasiswa berkebutuhan khusus sepertinya. Dan diakui oleh Founder London School Public Relation, Prita Kemal Gini, tempat Kouji mengenyam pendidikan, memang banyak tantangan yang dihadapi Kouji selama kuliah.

Melawan Stigma Buruk Autisme di Indonesia

"Tantangan mahasiswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler ada tiga, mencakup halangan sosialisasi, komunikasi verbal dan non-verbal, dan sulit berkreasi. Sehingga, kami harus memberikan kenyamanan lingkungan agar suasana hati mahasiswa seperti Kouji, bisa diatasi dengan baik," ujar Prita Kemal Gani, di acara kelulusan LSPR, Ballroom Ritz Carlton, Jakarta, Kamis 1 Desember 2016.

Salah satu kenyamanan yang dihadirkan untuk mahasiswa seperti Kouji yaitu Buddy's System. Di mana, beberapa mahasiswa dan dosen dilatih untuk bisa menemani para remaja berkebutuhan khusus agar bisa merasakan kenyamanan selama menempuh studi.

"Kouji sebenarnya anak yang sudah mandiri, tapi tetap kami berikan kenyamanan agar bisa belajar dan bermain di kampus selayaknya mahasiswa normal," jelas Prita.

Kouji sendiri mengakui mengalami beberapa kesulitan saat harus menyelesaikan skripsinya. Ia menjelaskan bahwa tidak mudah baginya untuk bisa menempuh waktu kuliah dan menyelesaikannya dengan tepat waktu.

"Aku sudah menyelesaikan skripsi. Saya angkat tema Skripsi mengenai aspeger. Saat itu, beberapa kali aku agak bingung mau nulis apa," ujar Kouji di tempat yang sama.

Ia menambahkan bahwa sangat bersyukur dengan banyaknya bantuan dari Buddy's System dan dosen pembimbingnya yang sabar mengarahkannya. Kouji yang kini diangkat menjadi Asisten Dosen, berharap untuk ke depannya bisa menjadi pengajar para anak berkebutuhan khusus, khususnya para penderita autisme.

"Kouji ingin mengajar anak-anak autis, karena kan dia paham bagaimana kondisi dan solusi dalam mengajarkannya. Yang pastinya kami bangga Kouji bisa lulus dengan nilai A," ujar ibunda Kouji, Yumiko Hirano.

"Sebagai keluarga, kami bantu secara moril. Kami bantu dengan melihat bagaimana kelebihan dan kekurangan anak kami lalu kami dukung."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya