Anak Autis Sebenarnya Punya Bakat Luar Biasa, Psikolog Ungkap Cara Menggalinya

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.
Sumber :
  • Freepik/gpointstudio

JAKARTA – Tak sedikit orang yang memandang anak dengan autisme sebagai suatu kekurangan. Bahkan, ada pula yang menganggap anak dengan spektrum autisme sebagai gangguan atau penyakit. 

Terpopuler: Mitos Tentang Masturbasi Hingga Tips Memilih Camilan Sehat

Namun untungnya, semakin berkembangnya zaman, pandangan tersebut perlahan mulai beralih ke arah yang lebih positif. Psikolog klinis anak, Fransisca Febriani Sidjaja, Ph.D., mengungkapkan, kini autis tak lagi dianggap sebagai gangguan atau penyakit, namun mereka memiliki otak yang unik. Yuk, scroll untuk info lengkapnya, moms!

"Dari zaman dulu banget autis itu seolah-olah gangguan, kaya penyakit. Tapi sebenernya, pandangan yang makin ke sini, kalo (cari) Google ada neurodiversity," ujarnya saat peluncuran klinik kesehatan mental Jakarta Children’s Growth Center (JCGC) dan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), yang digelar Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) di kawasan Jakarta Barat, Senin 14 Agustus 2023. 

5 Tips Pilih Camilan Sehat Buat Anak, Jangan Cuma Lezat Bun!

"Sebenarnya anak-anak autis, mereka bukan punya gangguan tapi mereka unik dalam hal memroses informasi, jadi dilihatnya otaknya unik. Jadi semakin ke sini sudah tidak lagi dilihat sebagai gangguan," tambahnya. 

Kasus Temuan Mayat Bayi Tanah Abang, Polisi Tangkap Orang Tua

Fransisca menyarankan, bagi yang memiliki anak autis, orangtua yang berada di lingkungan anak, harus menyediakan ekosistem yang optimal bagi buah hatinya tersebut.

"Misalnya, anak autisnya gak tahan suara keras, sedangkan dia sekolah di sekolah umum. Nah, izinkanlah anak itu pake headset, supaya dia bisa meregulasi dirinya ketika dia gak tahan denger suara-suara yang kenceng," paparnya. 

Anak autis sendiri sebenarnya memiliki bakat dan potensi yang luar biasa, asal orangtua telaten dan memberikan pola asuh yang tepat. Lalu, bagaimana cara menggali bakat pada anak autis?

"Tentu saja untuk menggalinya butuh waktu, ada yang langsung ketauan, misalnya ternyata dia bakat di musik. Tapi ada juga yang pelan-pelan, cara mengenalinya harus spending waktu, orangtua harus punya relasi yang baik dengan anaknya. Dengan interaksi terus-menerus, lama-lama orangtua peka 'oh anak saya ternyata punya kekuatan di bidang ini'. Bisa dilihat dari kebiasaannya, ketertarikannya. Pasti Tuhan kasih talenta ke anak ini (autis)," pungkas Fransisca Febriani. 

Anak berkebutuhan khusus (ABK) sendiri jumlahnya tidak sedikit di Indonesia. Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3 persen atau setara 2.197.833 anak.

Disabilitas anak dapat dipetakan menjadi beberapa macam, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitias fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme. 

Juga, seiring dinamisnya beragam aspek kehidupan masyarakat serta kompleksnya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat urban pun semakin membutuhkan terwujudnya kesehatan mental.

Stephanie Riady, Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan, mengatakan, dengan hadirnya Jakarta Children’s Growth Center (JCGC), mereka berkomitmen mengutamakan pendidikan inklusi melalui pusat pelayanan psikologi, tumbuh kembang dan terapi. 

JCGC menyediakan berbagai pengetesan dan pemeriksaan psikologis, berupa evaluasi komprehensif profil mental anak (Child Comprehensive Evaluation), tes inteligensi (IQ), tes kesiapan sekolah (School Readiness Test), serta tes minat dan bakat (Career Pathway & Exploration test). 

Di samping pemeriksaan psikologis, program yang disediakan JCGC mencakup layanan terapi seni, terapi bermain, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi lain yang terbukti secara ilmiah. 

"Semua anak itu unik, dan harus didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Beberapa anak membutuhkan terapi okupasi untuk mengatasi masalah motorik. Anak-anak lain membutuhkan terapi wicara untuk mengatasi masalah bicara. Sementara yang lainnya membutuhkan konseling psikologis untuk mengatasi masalah perilaku atau kesehatan mental. JCGC hadir untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal," jelas Stephanie Riady do acara yang sama. 

Layanan kedua yang juga diluncurkan YPPH adalah Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), yang menyediakan layanan bagi segmen dewasa, pasangan dan keluarga dengan berfokus pada tiga program layanan, yaitu pemeriksaan psikologis, konseling dan psikoterapi, serta coaching dan psikoedukasi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya