Alasan Banyak Pasien Kanker Payudara Terlambat Ditangani

Ilustrasi peduli terhadap kanker.
Sumber :
  • REUTERS/Jumana El Heloueh

VIVA.co.id – Kanker payudara masih menempati urutan nomor satu sebagai kanker paling banyak membunuh wanita. Di Indonesia setidaknya ada 22 persen kasus baru dan di dunia 15 persen. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah 60-70 pasien datang sudah pada keadaan lanjut.

Bocah Penderita Kanker Tewas Gara-gara Ditenggelamkan Paksa di Sungai Gangga

Kenapa banyak pasien yang terlambat mendapat pengobatan yang tepat?

Menurut dr. M. Yadi permana SpB(K)Onk, umumnya pasien di Indonesia, apapun latar belakang pendidikan maupun sosial ekonominya, masih merasa serba takut bila ditemukan benjolan di tubuhnya. Bahkan tenaga medis seperti dokter pun mengalami hal ini juga.

1 dari 2 Penderita Kanker Pasti Butuh Terapi Radiasi

"Keterlambatan lainnya bisa diakibatkan karena dokternya juga. Ketika dia terdeteksi, dia datang ke dokter yang kurang tepat sehingga terjadi keterlambatan. Ini juga bisa disebabkan oleh sistem rujukan yang berjenjang sehingga ketika datang ke bedah onkologi sudah 2-3 bulan lamanya," ujar dr. Yadi dalam acara bertajuk ‘Rumpian Beha’ di kawasan Panglima Polim, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2016.

Tenaga ahli yang masih terbatas serta sarana maupun prasarana rumah sakit yang tidak memadai juga menjadi kendala keterlambatan pasien terobati. Selain itu, yang banyak terjadi pada sebagian besar pasien kanker adalah mereka memilih untuk mengambil cara pengobatan alternatif dibandingkan medis.

Didukung Pos Indonesia, Film 'Kartu Pos Wini: Surat Beralamat Surga' Tayang 6 April

"Karena mereka takut operasi, takut kemoterapi, jadi memilih alternatif. Akhirnya, yang tadinya dia masih stadium satu karena pengobatan alternatif dahulu, begitu datang ke dokter sudah stadium empat," ujar dr. Yadi menambahkan.

Guna memcegah keterlambatan, harus ada perubahan pola pikir bahwa vonis kanker bukanlah vonis kematian. Dijelaskan dr. Yadi, pada kanker stadium awal five years survival rate bisa mencapai 90 persen.

Selain itu, selalu rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan deteksi dini kanker. Kenali juga setiap perubahan pada payudara. Dan yang terpenting, carilah informasi dari sumber yang akurat.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya