Kapan Waktu yang Tepat Gunakan Obat Asam Lambung?

Ilustrasi obat/suplemen.
Sumber :
  • pixabay/pexels

VIVA.co.id – Asam lambung menjadi masalah yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penderitanya. Karena itu, pengendalian asam lambung dibutuhkan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang menggangg aktivitas.

11 Obat Asam Lambung Alami dan Apotik yang Mudah Ditemukan

Spesialis penyakit dalam, dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,FINASIM menyarankan, sama halnya dengan penyakit lainnya, yang pertama harus dilakukan dalam mengendalikan asam lambung adalah dengan memperbaiki gaya hidup.

"Kita mesti lihat makanan-makanan apa yang bisa memperburuk keadaan seperti cokelat, keju, lemak-lemak, asam, pedas, makanan bergas seperti kol, sawi, juga mesti dijaga. Termasuk juga pengendalian diri," ujar Ari kepada VIVA.co.id, Senin, 17 April 2017.

BPOM Perbolehkan Obat Asam Lambung Ranitidin Dipakai, Ini Daftarnya

Kemudian, yang juga harus diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan terutama yang menetralkan asam lambung atau yang menekan produksi asam lambung.

Penggunaan obat-obatan ini, kata Ari, tentunya harus dengan konsultasi dengan dokter. Seringkali, banyak orang yang karena merasa cocok menggunakan satu obat tertentu, kemudian berulang kali menggunakan obat itu. Hal ini tentu sangat tidak disarankan karena setiap obat memiliki aturan dan hanya dokter yang mengetahui seberapa banyak dan seberapa lama obat itu dapat dikonsumsi.

Asam Lambung Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Tenggorokan

"Obat itu ada yang harus konsumsi hanya dua bulan atau tiga bulan saja. Untuk obat sakit maag itu tidak ada yang dikonsumsi seumur hidup," jelas Ari.

Pemberian obat oleh dokter pun disesuaikan dengan hasil endoskopi. Kemudian dokter akan memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien. Saat digunakan pun tidak boleh sembarangan, karena bagaimanapun obat tetap memiliki efek samping.

Pada prinsipnya, imbuh Ari, Tuhan telah menciptakan lambung manusia dalam keadaan asam. Meski begitu, lambung juga disertai pelindung yang bisa menyeimbangkan antara faktor agresif dan defensif.

"Kalau kita tidak menjaga balance ini, tentu jadi masalah. Oleh karena itu, obat sifatnya hanya pada saat pengobatan saja. Setelah itu tetap kita kembalikan kepada bagaimana Yang Maha Kuasa telah ciptakan. Karena asam tetap kita butuhkan untuk mencerna makanan yang kita konsumsi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya