- Pixabay/pexels
VIVA.co.id – Seringkali, kebanyakan wanita mengecek apakah dirinya positif hamil atau tidak menggunakan alat testpack, atau alat uji kehamilan berbentuk stik yang dirancang untuk mengetahui apakah urine yang dijadikan sampel mengandung hormon hCG.
Namun tahukah Anda, ternyata ada cara lain yang tak kalah mudah dan praktis untuk mengetahui apakah hamil atau tidak. Tak perlu membeli tespek, Anda cukup gunakan bahan-bahan yang ada di sekeliling kita sehari-hari.
Dikutip Mirror, cara tradisional ini adalah dengan menggunakan pasta gigi. Bagaimana caranya?
Pertama, Anda cukup mencampurkan beberapa tetes urine, ke dalam wadah berisi 3 sendok pasta gigi berwarna putih, kemudian aduk memutar dengan kecepatan sedang. Jika belum terjadi reaksi, lanjutkan dengan beberapa tetes lagi.
Jika Anda hamil, maka pasta gigi yang bercampur urine tadi akan mengalami perubahan. Jika di aduk lebih lama, akan timbul buih-buih kecil, dan tekstur pasta gigi akan lebih mengembang seperti foam (busa).
Pada beberapa jenis pasta gigi, perubahan yang ditunjukkan oleh campuran tersebut seperti mendesis dan berubah warna menjadi kebiruan.
Agar terlihat jelas perubahannya, sebaiknya tes urine dilakukan dengan urine yang dikeluarkan pagi hari setelah bangun tidur. Karena cairan urine pertamalah yang mengandung hormon HCG dengan jumlah tertinggi.
"Ini sedikit menyenangkan bagi siapa saja yang mengira mereka hamil," kata Kepala Apoteker Oxford Online Pharmacy di Inggris Stuart Gale.
Meski begitu, Stuart mengungkapkan, tak ada cara lebih baik bagi Anda untuk juga memeriksakan kehamilan ke dokter. Hal ini guna memberikan keyakinan bahwa Anda benar-benar hamil.
"Bahkan jika 'tes pasta gigi' memang tampak 'positif', saya akan tetap menyarankan agar calon ibu hamil mendapat konfirmasi resmi mengenai fakta bahwa mereka memang hamil dengan tes kehamilan yang tepat," ujarnya.
1000 Hari Kehidupan Penting untuk Cegah Stunting, Dimulai dari dan Sampai Kapan?
ASI eksklusif merupakan faktor protektor penting yang dapat menurunkan risiko terjadinya stunting. Sayangnya cakupan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif masih rendah.
