- Pixabay
VIVA – Di bulan Ramadan banyak orang memiliki kebiasaan untuk 'menumpuk' bahan makanan. Mereka memilih berbelanja dalam jumlah banyak untuk kemudian diolah sebagai menu untuk berbuka puasa atau santap sahur.
Tak hanya bahan mentah, karena sempitnya waktu sahur terkadang orang memilih untuk menyimpan sisa makanan saat buka, atau sudah diolah disimpan dalam kulkas untuk kemudian dihangatkan jelang waktu sahur.
Meski semua bahan makanan bisa dihangatkan kembali, ada beberapa hal yang perlu diketahui agar cita rasa makanan tidak berubah, termasuk kandungan gizinya. Bagaimana caranya, Chef Heri Purnama dari JW Marriott Jakarta membagikan tipsnya.
"Semua makanan bisa dihangatkan. Ada temperatur, dari dingin biasa, kalau high risk ada bakteri lama di situ, sehingga harus dibawa ke zona level di atas 60 derajat baru bisa dikonsumsi supaya tidak sakit," ujar Executive Sous Chef JW Marriott Jakarta tersebut.
Kemudian Heri juga memberikan contoh yang dikategorikannya sebagai makanan berisiko tinggi, "Yang mengandung telur, santan."
Sementara untuk makanan tumis, Chef Heri sebenarnya tidak menyarankan untuk dikonsumsi ulang. Hal ini terkait dengan kandungan di dalam bayam atau kangkung, seperti adanya zat besi. Chef Heri menyarankan untuk memasak secukupnya dan menyimpan di lemari pendingin dalam kondisi sudah dicuci bersih.
"(Berpengaruh) Rasa, dan tekstur, juga ada mengandung zat besi yang enggak bisa di re-heat, seperti kangkung, bayam, tidak direkomendasikan. Makanan ini dalam beberapa jam harus dikonsumsi."
Untuk olahan yang menggunakan jagung manis bisa disimpan dengan cara dipotong, kemudian direbus sebentar, didinginkan dengan air es agar proses memasaknya berhenti, setelah dingin baru kemudian disimpan dalam chiller. Proses ini juga berlaku untuk buncis, brokoli.
"Air mendidihnya 100 derajat, tapi sudah harus ada air es, jadi begitu masak langsung (masukkan) di es. Warna akan tetap hijau, tekstur bagus, crunchy, vitamin enggak hilang. Kalau mau dimasak tinggal masukkan saja,"jelasnya lagi.
