Serunya Momen Bagi-bagi Bubur Samin, Tradisi Ramadan di Solo

Tradisi Ramadan di Solo, bagi-bagi bubur samin atau banjar.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

VIVA.co.id – Ratusan warga yang rela mengantre di Masjid Darussalam, Jayengan, Solo untuk mendapatkan bubur samin sebagai menu buka berbuka puasa adalah pemandangan yang biasa lazim terlihat di bulan suci Ramadan.

Kuliner Unik Ramadhan, Soto Bebek Kurma

Bubur samin atau bubur banjar sendiri merupakan sajian khas dari Martapura, Kalimantan Selatan yang dibawa para perantau pedagang batu permata ke Kota Solo.

Menurut pantauan VIVA.co.id, para petugas Masjid Darussalam terlihat mulai sibuk meracik bumbu untuk bubur samin sejak pukul 11.00 WIB. Setelah itu semua bahan pembuat bubur samin, seperti beras, rempah-rempah, daging sapi, santan kelapa, susu dan bumbu lainnya dimasukkan satu per satu ke dandang berukuran besar.

Uniknya Kue Kicak, Takjil Khas Kampung Kauman Yogyakarta

Proses untuk memasak bubur khas Banjar tersebut membutuhkan waktu yang lama. Para petugas akan bergantian mengaduk olahan bubur hingga berjam-jam lamanya. Meskipun bubur samin belum terlihat tanak, namun masyarakat yang datang membawa rantang telah rela mengantre untuk mendapatkan bubur itu secara cuma-cuma.

Biasanya bubur samin dibagikan kepada warga setelah salat ashar berjamaah di Masjid Darussalam selesai. Tak hanya itu, bubur tersebut akan tanak dan matang ketika mendekati pukul 14.30 WIB.

Menu Sedap Buka Puasa, Pindang Tempoyak Khas Palembang

Setelah berbagai persiapan selesai dilakukan, sekitar pukul 15.00 WIB, bubur pun langsung dibagikan kepada masyarakat yang telah rela menunggu waktu berjam-jam.

Warga yang sudah membawa rantang maupun panci kecil pun langsung mengulurkan wadah tersebut kepada petugas. Satu per satu wadah itu pun diisi bubur. Setelah itu, warga dengan tertib meninggalkan halaman masjid untuk pulang.

Tak hanya dibagikan kepada warga untuk dibawa pulang, bubur samin juga dibagikan kepada masyarakat atau jamaah yang ikut melaksanakan buka bersama di masjid yang beralamat di Jayengan, Serengan, Solo itu. Sebagai pelengkap berbuka, petugas juga membagikan minuman berupa kopi susu.

Tradisi Ramadan di Solo, bagi-bagi bubur samin atau banjar.

Sudah puluhan tahun lalu

Ketua Takmir Masjid Darussalam HM Rosyidi Muchdlor mengatakan, bubur samin telah menjadi menu khas berbuka di Masjid Darussalam Jayengan sejak puluhan tahun silam. Awalnya, bubur samin menjadi hidangan menu berbuka internal bagi para perantau pedagang batu permata asal Martapura di masjid tersebut.

"Memang dulunya hanya untuk jamaah masjid saja yang sebagian besar merupakan pendatang dari Martapura. Namun, setelah itu pada tahun 1980 mulai dibagikan massal kepada umum karena banyak yang suka," kata dia di Masjid Darussalam, Selasa, 30 Mei 2017.

Hingga saat ini pembagian bubur samin terus dilakukan setiap bulan Ramadan. Untuk membuat bubur samin dibutuhkan beras sebanyak 45 kilogram per hari. Dari jumlah tersebut, bubur yang disajikan, baik untuk dibagikan kepada warga maupun untuk hidangan berbuka di masjid mencapai sekitar 1.000 porsi.

Proses pembuatan bubur samin atau banjar.

"Untuk membuat bubur samin itu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dana tersebut hasil dari sumbangan para alumni Darussalam dan donatur. Ada juga sumbangan dari alumni dari Singapura, Haji Fazal yang sukses di sana. Terus alumni dari Malang, Majenang, Tulungagung dan kota lainnya," ucapnya menjelaskan.

Diceritakan Rosyidi bahwa Kampung Jayengan yang menjadi lokasi berdirinya Masjid Darussalam merupakan tempat tinggal para perantau pedagang batu permata dari Martapura. Setelah tinggal di Jayengan, mereka langsung menbuat musala yang menjadi cikal bakal masjid tersebut pada tahun 1911.

"Pedagang batu permata dari Martapura mulai merantau ke Solo pada tahun 1890. Terus pada tahun 1911 mulai membangun musala gedhek. Tahun 1930 musala itu dibangun menjadi tembok. Selanjutnya tahun 1965 menjadi masjid," ujarnya menambahkan,

Hingga saat ini kampung tersebut masih dikenal sebagai kampung perantau pedagang batu permata. Bahkan, Pemerintah Kota Solo meresmikan Jayengan sebagai kampung permata.

"Ini baru diresmikan sebagai kampung permata pada hari pertama puasa lalu," kata Rosyidi. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya