Gulo Puan, Satu Lagi Kuliner Indonesia di Ambang Kepunahan

Gulo Puan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Aji YK Putra

VIVA.co.id – Membahas soal kuliner di Palembang, Sumatera Selatan, tampaknya banyak orang hanya tahu empek-empek, kerupuk dan pindang. Belum banyak yang tahu bahwa ada camilan manis berbahan dasar susu kerbau yang ada di Bumi Sriwijaya. Camilan itu bernama Gulo (gula) Puan.

Mencari camilan makanan yang dulunya hanya dikonsumsi para bangsawan kerajaan Palembang ini pun sekarang sangat sulit. Hanya beberapa orang yang masih eksis menjajakan camilan tersebut. Seperti di kawasan Masjid Agung Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang, camilan itu tak bisa dijumpai setiap saat. Pedagang Gulo Puan hanya bisa ditemukan di hari Kamis dan Jumat.

Itupun hanya Khoibi (45) yang menjadi satu-satunya pedagang Gulo Puan. Menurut bapak lima anak ini, hilangnya para pedagang Gulo Puan, dikarenakan penjualan yang kurang diminati warga akibat tergerus makanan baru yang ada sekarang.

“Selain itu, pembuatannya juga sulit. Karena harus menggunakan susu kerbau murni,” kata Khoibi di Palembang, Kamis, 7 September 2017.

Khoibi masih bertahan menjadi pembuat sekaligus penjual Gulo Puan karena ingin melestarikan makanan asli Palembang tersebut. Resepnya pun dia dapatkan dari keluarganya.

"Kalau berhenti (produksi), tidak akan ada lagi penerus. Karena di Palembang, hanya saya yang berjualan Gulo Puan, dibantu dengan keluarga saya," ujarnya.

Proses pembuatan Gulo Puan sendiri dimulai dari mencampur susu perah kerbau murni yang dengan gula pasir kuning dan disangrai selama 7-8 jam hingga kering dan berbentuk pasir.

"Susu kerbau harus benar-benar dikeringkan dan tidak boleh ada kandungan air sedikit pun. Kuali untuk memasak Gulo Puan juga harus khusus, tidak boleh sembarangan. Kalau tercampur air sebelum disajikan, Gulo Puan akan langsung berjamur, karena Gulo Puan hanya bertahan satu pekan," jelas Khoibi.

Sambut Asian Games, BPOM Perketat Jajanan Khas di Palembang

Khoibi pun bercerita, pada tahun 1996 silam, Gulo Puan masih banyak peminatnya. Dalam sehari Khoibi bisa menjual hingga 40 kilogram Gulo Puan. Untung yang diraupnya pun cukup menggiurkan, yaitu Rp29 ribu per kilogram di tahun itu.

Namun, kini untuk menghabiskan 10 kilogram dalam sehari saja sangatlah sulit. Bahkan, agar tidak merugi, Khoibi rela hanya mengantongi untung Rp6 ribu per kilogram.

6 Camilan Tradisional Dibungkus Daun Ini Cuma Ada di Kampung

“Sekarang, modalnya saja Rp74 ribu per kilogram. Kalau pembeli tidak menawar harga, saya patok Rp100 ribu per kilogram. Tapi kalau sudah nego harga, saya kasih harga Rp80 ribu per kilogram. Untung yang bisa dikantongi hanya Rp6 ribu per kilogram,” ungkapnya.

Selain berjualan setiap hari Jumat di Mesjid Agung, bapak empat anak ini juga berkeliling ke pasar-pasar tradisional di Palembang untuk memasok dagangannya. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 5 kilogram Gulo Puan untuk dititipkan ke pedagang lainnya.

Ternyata Ini Makanan Indonesia yang Digandrungi Bule
Bakmi Jawa Piyaman.

Bikin Ngiler, 5 Makanan Khas Gunungkidul Yogyakarta Ini Wajib Kamu Coba

Tak kalah dari daerah lainnya, Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), juga punya segudang makanan khas yang patut kamu coba. Salah satunya tiwul.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2022