Cegah Radikalisme, Perlukah Pilih Sekolah Moderat bagi Anak?

Ilustrasi anak.
Sumber :
  • Pixabay/Ambermb

VIVA – Kasus terorisme di Surabaya dan Sidoarjo menimbulkan duka mendalam bagi banyak pihak dan meresahkan masyarakat. Dari rentetan kasus tersebut, salah satu hal yang paling ironi karena pelaku teror melibatkan anak dalam melancarkan aksinya.

Penerapan Zonasi PPDB Sekolah Dinilai Belum Efektif

Pegiat pendidikan Najelaa Shihab sangat menyayangkan kejadian tersebut melibatkan anak. Dalam kasus ini, ia melihat keluarga punya peran penting menanamkan nilai-nilai positif agar terhindar dari radikalisme.

Di samping itu, memilih lingkungan sekolah yang tepat juga penting. Hal itu untuk meminimalisir dampak terpaparnya anak akan paham radikalisme.

Refleksi Program Sekolah Menengah Kejuruan Sebagai Pusat Unggulan

"Kita bukan hanya harus mengecek apakah ada pelajaran agama atau enggak tapi bagaimana cara (sekolah) mengajarkannya. Jangan sampai nilainya tidak sesuai dengan nilai yang kita tidak ingin tumbuhkan ke anak," kata Najelaa saat dihubungi VIVA, Senin, 14 Mei 2018.

Ilustrasi anak sekolah.

Pelajar Pancasila: Sebuah Harapan Pendidikan Ideal di Masa Depan

Menurutnya, penting untuk memilih sekolah yang mengajarkan nilai-nilai keberagaman yang lebih toleran dan juga moderat.

"Sangat penting (memilih sekolah yang moderat), bahkan dalam hal sehari-hari. Kita harus konsisten menunjukkan secara eksplisit bahwa memang ada perbedaan dan bahwa itu bukan perbedaan yang mendasar dan kita harus menghormati perbedaan masing- masing. Dan kalau itu konsisten, itu pesannya makin baik," ucapnya.

Baca juga:

Nilai yang Harus Ditanamkan Agar Terhindar dari Radikalisme

Namun demikian, ia tetap mengatakan bahwa tanggung jawab untuk menanamkam nilai-nilai toleransi terhadap sesama tetap menjadi tugas utama orangtua. Jika hal itu telah ditanamkan pada anak sejak dini, anak akan lebih bijak bersikap menerima perbedaan.

"Yang harus kita lakukan bagaimana memberdayakan mereka, bagaimana jika terpapar informasi itu, bagaimana dia mesti bersikap, sehingga ketika ada pertanyaan, dia larinya ke keluarga, ke orangtuanya. Bukan lari pada kelompok yang justru menyuburkan radikalisme itu," tutur Najelaa. (ch)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya