Anak Main di Luar Ruangan Diimbau Pakai Masker Imbas Polusi Udara, Tapi Jangan Asal

Ilustrasi anak pakai masker.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

JAKARTA – Polusi udara buruk di DKI Jakarta kian mengkhawatirkan dampaknya bagi kesehatan, terutama pada anak-anak. Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara Kementerian Kesehatan, dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) mengatakan bahwa tubuh anak lebih rentan sehingga pencegahan terhadap kualitas udara yang buruk patut dilakukan oleh setiap orangtua.

5 Tips Pilih Camilan Sehat Buat Anak, Jangan Cuma Lezat Bun!

Polusi udara yang buruk sudah dirasakan di Jabodetabek sehingga membuat tubuh merasakan keluhan terkait penyakit pernapasan. Menurut Prof Agus, polusi udara dapat mengintai siapa saja namun lebih rentan pada empat kelompok berisiko antara lain ibu hamil, lansia, komorbid, dan anak-anak. Scroll untuk info selengkapnya.

"Ketika kualitas udara tidak sehat, anak termasuk kelompok rentan. Kelompok sensitif dan kualitas udara buruk menjadi satu (jadi bahaya)," terangnya dalam konferensi pers Kemenkes, Senin 28 Agustus 2023.

Parto Patrio Rela Nahan Sakit Demi Tepati Janji Liburan Keluarga ke Bali

Menurutnya, membawa anak ke luar ruangan di tengah situasi berpolusi dapat membahayakan. Bila memang sangat ingin mengajak anak aktivitas ke luar ruangan, maka orangtua dianjurkan memakaikan masker agar mencegah terhirupnya polutan berbahaya.

Bukan Hanya Menyenangkan, Ini 5 Manfaat untuk Anak Saat Main di Playground

"Jadi setiap orangtua harus memerhatikan jika membawa anaknya keluar beraktivitas dan kualitas udara yang terjadi tidak sehat untuk kelompok sensitif, maka harus pakai masker anaknya," tambah Prof Agus.

Pemakaian masker sendiri pada anak sebenarnya juga harus dengan syarat sesuai ukuran pada wajah anak. Sebab, ukuran yang terlalu longgar justru akan membuat polutan dapat terhirup ke pernapasan anak.

"Hanya masker anak ini tergantung ukurannya ya beda-beda. Jadi ada untuk anak kecil, dan untuk anak dewasa berbeda. Kalau masker dewasa dipakai untuk anak kecil tidak efektif karena tidak rapat di mukanya," bebernya.

Dianjurkan juga agar memakai masker yang juga dapat memfiltrasi polutan berukuran 2.5 pm yakni partikel dengan sangat kecil. Prof Agus memperbolehkan memakai masker kain namun juga dengan syarat bisa memfiltrasi PM 2.5 agar proteksinya makin efektif.

"Kalau mau bisa juga masker kain tapi diselipin filter PM 2.5 ketika sedang polusi itu yang paling aman. Tidak begitu mahal bisa dicari dibeli dan digunakan. Filternya aja dibuang kalau setelah aktivitas, disposibel, jangan dipakai lagi," tandasnya.

Polusi Udara Jakarta

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr Maxi Rein Rondonuwu melaporkan bahwa pihaknya menerima laporan rata-rata kasus ISPA sebanyak 200 ribu. Angka tersebut merupakan rerata kasus yang dicatat setiap bulannya di wilayah Jakarta dan sekitar.

"Rata-rata kasusnya per bulan mencapai di atas 200 ribu kasus," ujar Dirjen Maxi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Senin, 28 Agustus 2023.

Sebelumnya, Dirjen Maxi menjelaskan bahwa peningkatan kasus ISPA itu seiring dengan meningkatnya masalah polusi udara yang terjadi beberapa waktu terakhir. Data dari surveilens Kemenkes juga menunjukkan peningkatan kasus ISPA di fasilitas kesehatan di Jabodetabek.

"Seperti yang kita tahu, di wilayah Jabodetabek terjadi peningkatan masalah polusi udara. Dan seiring dengan itu, data kami dari surveilans penyakit menunjukkan adanya peningkatan kasus ISPA yang dilaporkan di puskesmas dan rumah sakit di Jabodetabek," jelas Dirjen Maxi.

Dokter Spesialis Paru, dr Agus Dwi Susanto SpP mengatakan bahwa penyakit infeksi pernapasan itu terlihat meningkat sejak Januari 2023 ini. Tercatatnya 200 ribu kasus itu dengan periode enam bulan yakni sampai Juli 2023. Angka tersebut berbeda dengan data kasus ISPA pada tahun lalu.

"Ini adalah data-data di puskesmas dan rumah sakit yang kita kumpulkan pada periode Januari sampai Juli. Terlihat sekali memang pada periode ini kasusnya lebih tinggi pada tahun ini, dibandingkan pada periode yang sama pada tahun lalu," jelas Ketua Komite Respirologi dan Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya