Risiko Main Game Online Saat Libur Lebaran Picu Kekerasan, KPAI Imbau Orang Tua Lakukan Ini

Ilustrasi bermain game online.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Bermain game online untuk mengisi waktu libur lebaran mungkin terdengar lumrah bagi orang tua. Ya, di momen libur sekolah orang tua memberikan akses kepada anak-anak mereka bermain game sebagai sarana Entertaining sekaligus penghilang kebosanan.

Ustaz Khalid Basalamah: Orangtua Gak Wajib Kasih Nafkah ke Anak Laki-laki Jika Sudah Baliqh

Beberapa game online yang sering atau umum dimainkan oleh anak-anak adalah genre peperangan atau battle royale seperti PUBG, Apex Legend, hinngga Rings of Elysium. Permainan ini disebut-sebut mampu memberikan efek keseruan selama bermain. Scroll lebih lanjut ya.

Namun, perlu hati-hati, sebab bermain game online dengan genre seperti di atas bisa memicu terjadinya tindak kekerasan untuk dilakukan oleh anak-anak. Beberapa kasus kekerasan seperti bullying contohnya, ada beberapa pelaku yang mengaku terinspirasi melakukan tindak kekerasan dari game online yang dilakukannya.

Jangan Ragu Masukkan Anak ke PAUD Bun, Ini 5 Manfaat Pentingnya

Lantas bagaimana Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melihat fenomena ini? Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra angkat bicara. Dihubungi oleh VIVA.co.id, Jumat 5 April 2024 dia menjelaskan bahwa libur panjang yang terhitung 2 pekan membuat anak-anak akan berada dalam situasi  minim pengawasan.

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Jika biasanya anak-anak berada 7 jam di rumah, 7 jam di sekolah dan 7 jam aktifitas di luar rumah. Namun selama libur panjang, 24 jam anak-anak akan mencari kegiatan.

Anak anak seringkali resah bila di rumah saja. Mereka akan keluar rumah bersama teman temannya. Namun karena tanpa pendampingan, pengawasan dan kegiatan terarah yang bermakna, menyebabkan libur panjangnya bisa berdampak buruk, atau menempatkan mereka pada perilaku salah,” ujarnya.

Ilustrasi main game online.

Photo :
  • Pexels/RDNE Stock Project

Maka dari itu, salah satu alternatif mengisi kebosanan atau kegabutan anak adalah dengan bermain game di gadgetnya. Sedangkan kita tahu, gadget seringkali menjadi pelampiasan emosi anak yang tak tersalurkan atau terpenuhi dengan baik. 

“Game berbau kekerasan menjadi menu sehari hari nantinya dalam libur panjang 2 pekan, yang akan memicu kecanduan game dan menyebabkan menumpuknya agresifitas dan sensitivitas yang tinggi,” ujarnya.

Oleh karena itu, KPAI menyarankan liburan kali ini, para orang tua bisa mengantisipasi bersama petugas RT RW di ingkungan di rumah. Membuat perencanaan liburan dengan anak, seperti mudik, ziarah, silaturahmi. Ini bisa mengurangi ketergantungan pada game. 

"Anak anak diharapkan dengan interaktif akan tumbuh  kepedulian, sosial dan partisipasi yang bermakna.Jangan biarkan anak main game sampai sehari penuh,” ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya