Asyiknya Wisata Songgo Langit, Bisa Selfie Sekaligus Berfilosofi

Wisata Seribu Batu Songgo Langit di Yogyakarta
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adinda Permatasari

VIVA – Berkunjung ke Yogyakarta rasanya tidak akan pernah membuat bosan. Selalu saja ada hal baru yang menarik untuk mengunjungi Kota Pelajar itu. Belakangan yang tengah menjadi banyak perbincangan adalah objek Wisata Seribu Batu Songgo Langit.

Mal Terbesar di Asia Tenggara Resmi Dibuka di Cikarang, Banyak Spot Instagramable

Mengikuti perkembangan tren wisata digital, objek wisata yang berada di tengah Hutan Pinus Mangunan, Dlingo, Bantul, ini punya banyak spot Instagramable yang dibuat dengan konsep tematik. Ditambah lagi lokasinya yang berada di tengah hutan, membuat suasananya begitu asri dan tenang.

Tiket masuk ke Songgo Langit pun cukup murah, hanya Rp2.500 saja. Anda bebas mengeksplorasi seluruh destinasi ini dan ber-selfie di spot-spot Instagramable, seperti Rumah Hobbit, Rumah Kukusan hingga puncak Songgo Langit. Namun, dengan catatan kondisi Anda harus fit karena jarak antar spot cukup jauh dan jalur yang menanjak.

Psikolog Sorot Ekspresi Tamara Tyasmara Terhadap Dante: Tidak Harmonis Antara Anak dengan Ibu

Meski kini menjadi salah satu destinasi populer, khususnya di kalangan milenial, siapa sangka sebelumnya Songgo Langit adalah destinasi wisata yang gagal. Bahkan, menimbulkan kerugian hingga puluhan juta rupiah pada warga yang membangunnya.

Ketua Koperasi Notowono Purwoharsono mengatakan, awalnya sejumlah warga membangun destinasi wisata berupa jembatan panjang dan atraksi flying fox. Namun sayang, tak ada pengunjung yang datang sehingga tidak ada pemasukkan.

Nekat Mau Selfie Hingga Panjat Pagar Kebun Binatang, Pria Ini Tewas Diterkam Singa

"Setiap ada pengunjung, mereka balik arah karena menganggap belum layak dikunjungi," ujar Purwo kepada VIVA saat ditemui di Koperasi Notowono, Bantul, beberapa waktu lalu.

Wisata Seribu Batu Songgo Langit di Yogyakarta

Melihat warga yang tengah dilanda krisis, koperasi akhirnya turun tangan dan melakukan perombakan terhadap Songgo Langit hingga menjadi wujudnya yang sekarang. Tak lupa mereka juga menyelipkan nila filosofis nenek moyang ke dalam konsep Songgo Langit.

"Di masa nenek moyang, alat yang digunakan untuk bertahan hidup itu adalah kukusan. Maka yang pertama yang kami buat adalah rumah kukusan. Bentuknya yang segitiga itu punya filosofi hubungan manusia, alam, dan Tuhan," tutur Purwo.

Tak hanya bentuk bangunan, di beberapa sudut juga bertebaran kalimat-kalimat motivasi namun dibuat dengan jenaka. Begitu pun dengan nama Seribu Langit yang memiliki makna motivasi menjalankan kehidupan dengan penuh perjuangan.

Kini perjuangan warga untuk mengangkat destinasi wisata Songgo Langit pun telah terbayar. Purwo mengaku, kondisi keuangan warga sudah membaik dengan dibukanya percepatan. Mereka juga tengah menanti uluran tangan pemerintah untuk percepatan pengembangan Songgo Langit. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya