Tim Hisbah, dan Jaringan Teror Sigit Qurdowi

Operasi penggerebekan teroris di Sukoharjo, 14 Mei 2011
Sumber :
  • ANTARA/ Wahyu Putro

VIVAnews - Simpul jaringan teroris Cirebon, Jawa Barat, menjadi titik awal penelusuran Mabes Polri hingga ke Grogol, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu dinihari lalu. Di daerah ini, dua tersangka teroris tewas ditembak Datasemen Khusus (Densus) 88, yakni Hendro Yunianto dan Sigit Qurdowi.

Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Edward Aritonang, menyatakan Sigit Qurdowi adalah Amir (kepala) Tim Hisbah dan diduga menjadi pemasok senjata dan bahan pembuatan bom ke jaringan Cirebon. Jumat 15 April lalu, bom bunuh diri meledak di Mapolresta Cirebon, Jawa Barat dan menewaskan pelaku M Syarif.

Polisi mendapat nama Sigit ini dari pengembangan kasus empat orang tersangka diduga teroris di Surakarta, sepekan lalu. Dalam penangkapan ini, kepolisian mengamankan Ari Agung Santoso, Heri Jablay, Hari Nobita, dan Arifin.

Tetap Kompak, Momen Eko dan Akri Jenguk Parto, Minta Penggemar Jangan Khawatir Hal Ini

Keempat tersangkat ini ditangkap di tempat terpisah. Para tersangka ini mengaku memperoleh senjata api dari Sigit Qurdowi.

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan Sigit dan Hendro masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) bom gereja dan Mapolsek Pasar Kliwon bulan Desember 2010. Keduanya juga terlibat jaringan terorisme di Cirebon, dan merencanakan pembalasan terhadap Polri pada Mei 2011.

"Ini diketahui dari dokumen dan keterangan pelaku sudah tertangkap serta berkaitan dengan empat tersangka yang ditangkap sebelumnya di Solo," kata Boy.

Lantas, apa itu Tim Hisbah? Kepolisian menemukan, Tim Hisbah pimpinan Sigit adalah kelompok yang merencanakan serangkaian teror yang terjadi di sejumlah lokasi di Indonesia. Hendro ditembak mati bersama Sigit diduga berposisi sebagai pengawal Sigit.

"Para pelaku terorisme yang ditangkap dari berbagai kota tersebut adalah sebuah jaringan teroris saling berhubungan, dan telah mempunyai rencana serangkaian teror dengan sasaran hard target (menyerang aparat-aparat pemerintah)," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Anton Bahrul Alam.

Kelompok ini menamakan dirinya Tauhid wal Jihad. Para tersangka yang telah tertangkap dan tergabung dalam kelompok ini antara lain, Achmad Basuki yang tertangkap pada 17 April 2011, Arief Budiman tertangkap 24 April 2010, Andri Siswanto tertangkap 27 April 2010, Musolla dicokok 2 Mei 2011, dan Ishak Andriana tertangkap pada 6 Mei 2011.

Polisi juga menemukan dokumen nama-nama orang yang sering dimintai iuran oleh Sigit. Dokumen berisi daftar nama itu, kata Anton, ditemukan di rumah bersangkutan.

Arab Saudi Kemungkinan Ikut Ajang Miss Universe, Kandidat Lagi Diseleksi Ketat

Sementara itu, peneliti isu terorisme, Nur Huda Ismail menjelaskan Tim Hisbah itu adalah salah satu organisasi yang diisi oleh mantan preman yang bertobat. "Di Solo ada banyak laskar," ujar lulusan St Andrew University, Inggris ini yang pernah belajar di Pondok Ngruki, Solo itu.

Nur Huda sendiri mengaku kenal dengan sosok Sigit. Menurut dia, Sigit juga mantan preman yang telah bertobat. "Dia itu juga ikut pengajian yang diadakan kelompok lain, seperti pengajian kelompok Urwah dulu," kata dia.

Menurut dia, Sigit memiliki semangat jihad yang tinggi. "Dia punya semangat besar untuk berantas kemaksiatan. Dia preman, sweeping orang judi dan minum," kata dia.

Laskar Hisbah sendiri didirikan sejak akhir tahun 1990-an atau awal 2000-an. "Pertengahan 2000-an namanya sudah terkenal," kata dia.

Penegakan HAM untuk Nur Iman

Dalam baku tembak Densus 88 dan dua tersangka teroris Sabtu dinihari lalu di Solo, seorang warga biasa menjadi korban. Penjual nasi angkringan, Nur Iman, tewas karena kena peluru nyasar.

Orangtua Anak yang Tabrakkan Mobil di Mall Jadi Konsumen Chery

Kapolda Jawa Tengah Edward Aritonang mengaku sudah menyerahkan santunan kepada keluarga korban yang dinilai berpenghasilan kurang ini. Meski mengapresiasi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menegaskan pengusutan harus dilakukan sebagai pertanggungjawaban hukum.

"Uji balistik belum dilakukan, jadi belum diketahui apakah peluru (yang mengenai Iman) itu dari Densus. Komnas akan memyelidiki fakta di lapangan," kata Ifdhal Kasim, Ketua Komnas HAM.

Komnas HAM segera mengusut kasus ini untuk kemudian merekomendasikan langkah apa yang mesti diambil Kapolri Jenderal Timur Pradopo dalam menyelesaikannya. "Termasuk untuk mempertanggungjawabkan anggota yang terlibat," ujarnya.

Edward sendiri menegaskan bahwa Nur Iman adalah korban, bukan teroris. Menurutnya, hasil penelitian forensik menunjukkan bahwa Nur Iman tewas terkena peluru nyasar dari tersangka teroris, bukan Densus.(np)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya