Kanker Sepakbola Indonesia

Para pemain Timnas Indonesia usai kalah dari Thailand di ajang Piala AFF 2018
Para pemain Timnas Indonesia usai kalah dari Thailand di ajang Piala AFF 2018
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Perlu waktu pula menimba pengalaman dalam menghadapi berbagai macam situasi saat mengelola tim.

"Tak bisa jelang dua atau tiga bulan turnamen, pelatih baru ditunjuk," ujar eks pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri.

Pemain mapan, pengelolaan yang salah. Jadinya apa? Ya, kegagalan demi kegagalan akhirnya muncul.

Gagal Terus di AFF, Kenapa?

Di Asia Tenggara, Indonesia sebenarnya sudah dipandang sebagai raksasa. Kualitas pemain Indonesia kerap dipandang sebagai yang terbaik di Asia Tenggara.

Buktinya bukan tak ada. Indonesia sudah lima kali menembus final Piala AFF. Sayangnya, tak satu pun partai final yang bisa dimenangkan Indonesia.

Ironis memang. Dan, pastinya banyak pertanyaan yang muncul kenapa Indonesia tak kunjung jadi juara.

Sinkronisasi jadwal kompetisi dan agenda Timnas menjadi salah satu kambing hitamnya. Banyak orang menilai, performa Indonesia melempem di Piala AFF karena stamina para pemainnya sudah terkuras di kompetisi.

Memang, ada tradisi aneh di Indonesia. Acap kali, saat Indonesia berlaga di Piala AFF, kompetisi masih berlangsung.

Di 2007 terjadi, pun dengan 2018. Dengan kondisi ini, pemain 'diperkosa' oleh kewajiban membela klub dan Timnas.

"Pastinya capek. Makanya, ke depan, jadwal disusun lebih baik. Kalau Timnas main, harusnya menghormati," kata sayap lincah Persija Jakarta, Riko Simanjuntak, yang bela Indonesia di Piala AFF 2018.

Pencapaian Indonesia di Piala AFF tahun ini sebenarnya mirip dengan 2014 lalu. Bahkan, situasi di 2014 lebih sulit.

Saat itu, Riedl dipusingkan dengan persiapan Piala AFF yang berantakan. Tak banyak waktu yang dimilikinya dalam menyiapkan tim lantaran jadwal kompetisi padat. Kondisi fisik pemain juga sudah terkuras karena jeda dari ujung kompetisi hingga Piala AFF tak sampai satu bulan.

"2014 menjadi persiapan terburuk. Saya merasakan, bagaimana para pemain kelelahan usai membela klub di kompetisi. Cuma sekitar tujuh hingga 10 hari sebelum turnamen di Hanoi, kami memiliki skuat komplet. Perlu waktu lebih lama untuk menyiapkan tim sebelum turnamen besar. Terlebih, dalam sesi latihan juga harus dipikirkan penanganannya sampai tim siap menghadapi laga perdana," ujar Riedl.

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl (tengah)

Mantan fisioterapis Indonesia, Matias Ibo menuturkan, idealnya pemain sudah beristirahat dan bersiap menyambut turnamen bersama Timnas dalam waktu minimal tiga pekan hingga satu bulan. Sebab, ada periode di mana para pemain harus mengadaptasikan kondisi tubuhnya setelah kompetisi.

"Latihan juga tak bisa langsung dipaksakan dalam tempo tinggi. Perlahan, dengan tahap pengembalian kondisi tubuh, baru berlanjut ke level lebih tinggi," terang Matias.

"Seperti kasus di Piala Dunia 2018 lalu. Kompetisi di Eropa rata-rata sudah selesai sejak Mei, lalu Piala Dunia dimulai Juni 2018. Ada waktu sekitar tiga pekan hingga sebulan untuk Timnas menyiapkan pemainnya menghadapi turnamen besar. Itu waktu idealnya," lanjut dia.

Matias menuturkan, untuk Indonesia, persiapan Piala AFF terbaik adalah pada 2010. Pun dengan Riedl.

Kedua tulang punggung dalam manajemen Pasukan Garuda di Piala AFF 2010 itu sepakat 2010 menjadi persiapan terbaik.

"Ada pengelolaan yang bagus di sana. Jadwal uji coba teratur dan reguler. Pemusatan latihan dalam waktu singkat digelar dalam intensitas yang sangat sering. Sayangnya, kami, tim terbaik di turnamen, kalah di final lantaran beberapa situasi buruk," ujar Riedl.

Halaman Selanjutnya
img_title