Selamat Tinggal Cebong-Kampret

Presiden  Jokowi dan Wapres terpilih Ma'ruf Amin di Sentul 14 Juli 2019.
Presiden Jokowi dan Wapres terpilih Ma'ruf Amin di Sentul 14 Juli 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Pekerjaan rumah yang lain adalah masalah ekonomi. Pemerintah sejak tahun 2014 menetapkan target 7 persen, tapi tak pernah tercapai.  Apalagi sekarang ada resesi, pelambatan ekonomi seluruh dunia, investasi yang mau masuk ke Indonesia jadi kecil sekali. Dita memprediksi, jika tim ekonomi Jokowi tak solid dan bertahan dengan cara lama, maka kecil kemungkinan target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai.

"Kami usulkan agar cobalah Pak Jokowi keluar dari resep ekonomi lima tahun terakhir. Coba dengan pendekatan ekonomi yang baru yang lebih tidak mengedepankan impor terutama di sektor pertanian. Tapi lebih mendorong industri dalam negeri. Jadi harus ada perubahan paradigma Pak Jokowi," ujarnya. Ia menganjurkan Jokowi mencari Mendag dan Mentan yang pro industri pertanian dalam negeri, sehingga tidak ugal-ugalan melakukan impor.

Dita juga menekankan soal Papua, yang ia sebut sebagai bara dalam sekam. Sebab, walaupun situasi sudah tenang, tapi kalau persoalan mendasar tak selesai, maka sewaktu-waktu Papua bisa meledak lagi. Papua harus dicari pola pembangunan yang tepat. Bagaimana membangun manusianya, kesehatan, pendidikan dan memikirkan kembali pendekatan keamanan di Papua.

Problem lain yang perlu diinventarisasi Jokowi adalah keretakan di partai politik pendukungnya. Potensi keretakan koalisi parpol pendukungnya sudah terasa setelah Jokowi membuka pintu untuk Gerindra. Sinyal bakal masuknya Gerindra ke kabinet semakin menguat pasca pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Istana Negara. Hal itu diperkuat dengan safari politik Prabowo ke parpol-parpol anggota koalisi pendukung Jokowi.

Menurut Arum Basuki, penentuan nama-nama calon menteri kabinet kerja yang kedua ini begitu dinantikan karena tentunya akan mencerminkan perspektif kebijakan Jokowi- Ma'ruf. Pilihannya ada dua, apakah berminat membangun zaken kabinet seperti era Soeharto, dimana teknokrat dan profesional mendapat porsi lebih banyak, atau memberi ruang bagi parpol pendukung untuk turut mengisi pemerintahan.

"Kabarnya pada kabinet ini akan ada posisi Wamen, berarti ruang transaksi partai membesar. Penentuan nama-nama menteri di kabinet kerja yang kedua ini saya kira harus mampu memberikan gambaran besar mengenai upaya Jokowi membawa Indonesia menjadi negara dan bangsa yang lebih maju. Baik secara politik, ekonomi, dan sosial," ujar Arum.

Gerindra Mendekat

Jelang pelantikan, publik negeri ini disajikan drama politik yang bagi sebagian bisa jadi membingungkan dan mengecewakan. Prabowo yang selama ini memiliki pendukung fanatik dengan politik identitas, tiba-tiba menunjukkan gelagat mendekat pada Jokowi. Puncaknya adalah kedatangan Prabowo ke Istana Negara, bertemu dengan Jokowi dan saling mengakui hubungan mereka masih mesra.

Di hadapan puluhan wartawan, Prabowo mengatakan tak pernah bermusuhan dengan Jokowi. Tak ada pernyataan resmi apakah Prabowo dan Gerindra akan mendukung Jokowi dan bergabung dalam partai koalisi. Namun melihat kedekatan keduanya, pemilih fanatik Jokowi dan Prabowo layak kecewa. Mereka, yang selama ini diistilahkan sebagai cebong (untuk pendukung Jokowi) dan kampret (untuk pendukung Prabowo) dipaksa melihat, kompetisi politik tak lebih dari sebuah perebutan kekuasaan yang kemudian bisa dikompromikan.

Halaman Selanjutnya
img_title