Selamat Tinggal Cebong-Kampret

Presiden  Jokowi dan Wapres terpilih Ma'ruf Amin di Sentul 14 Juli 2019.
Presiden Jokowi dan Wapres terpilih Ma'ruf Amin di Sentul 14 Juli 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Prabowo Bertemu Presiden Jokowi

Politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu mengaminkan bahwa istilah cebong dan kampret sudah waktunya dihentikan. "Sudah tidak perlu namanya cebong kampret. Artinya ya sudah. Kita punya kesadaran yang sama bahwa kita menghadapi tantangan yang sama dan kita punya tekad yang sama sebagai sebuah bangsa untuk maju bersama," katanya.

Yang lebih utama, katanya, semua pihak harus mengelola berbagai dinamika ini menjadi suatu keunggulan yang belum tentu dimiliki negara-negara lain. Banyak yang gagal mengelola dinamika demokrasi, kemudian yang terjadi adalah perpecahan. "Tapi kita bersyukur mampu mengelola berbagai perbedaan itu dalam situasi yang sesulit apa pun," ujarnya.

Wasekjen PKB Dita Indah Sari setuju agar publik yang sudah terpolarisasi dengan tajam meninggalkan istilah cebong-kampret. Sekarang ini yang penting adalah integrasi nasional yang berperspektif multikultural. Jangan ada represi atas ekspresi identitas tapi juga harus dicari cara agar identitas itu tidak menimbulkan chauvinisme atau primordialisme. Konsolidasi namun tetap kritis dan awas, terutama terkait kebijakan-kebijakan yang berintensi tidak pro rakyat.

"Nah, soal apakah imbauan peniadaan sebutan cebong dan kampret akan diikuti atau tidak, saya rasa ini kembali ke analisa saya di atas soal self esteem si pemilih/pendukung. Kerusakan hubungan horizontal akibat pilpres kemarin itu sebetulnya besar. Mari sama-sama berproses dalam berpolitik. Bagaimanapun kita selaku pemilih juga bagian dari sejarah berjalannya demokratisasi," ujar Dita.

Dita memahami, pada pilpres kemarin yang memilih prabowo dan Sandi tidak hanya pemilih Gerindra. Kebanyakan juga ada dari PKS, Demokrat, PAN, dan bahkan Golkar. Ia yakin pemilih Prabowo-Sandi akan banyak mendapatkan pengalaman politik elektoral.

Prabowo Bertemu Ketum Golkar Airlangga Hartarto

Bagi pemilih rasional yang kemarin memilih 02, sikap prabowo yang merapat ke pemerintah ini bisa dibaca sebagai langkah konsolidasi politik elit dan patut diapresiasi karena bisa jadi mereka melihat peluang cerah di 2024. Tapi ada juga yang menyikapi dengan negatif karena merasa demi kekuasaan, bersedia menanggalkan apa-apa yang sudah dikampanyekan ketika Pilpres lalu.

Menurut Dita, pemilih akar rumput yang dibombardir dengan politik identitas bisa jadi akan sulit memahami langkah Prabowo. Sebab nyaris semua prejudice, kekerasan verbal, mob, semuanya dilakukan oleh kelompok akar rumput ini. Politik kian absurd bagi mereka.

Halaman Selanjutnya
img_title