SOROT 590

Dari Menjaga Bandara hingga Memulangkan Para Mahasiswa

Simulasi penanganan pasien suspect virus corona
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA – Mata seluruh negara di penjuru dunia kini tengah mengarah ke China, khususnya Kota Wuhan. Salah satu kota di Provinsi Hubei ini mendadak menjadi perbincangan setelah kota ini ditenggarai sebagai pusat munculnya virus mematikan yang dinamai Novel Coronavirus atau 2019-nCoV.

Virus yang muncul di akhir tahun 2019 itu kini menjadi momok menakutkan di seluruh dunia. Pasalnya, dalam waktu singkat virus ini terus memakan korban. Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO per tanggal 30 Januari 2020, jumlah korban yang terpapar virus corona di seluruh dunia sebanyak 7.818 kasus. 7.736 kasus di antaranya terjadi di China yang tersebar di 31 wilayah. Dengan jumlah kematian 170 kasus atau CFR 2.2 persen. Jumlah korban yang meninggal dunia karena wabah virus corona itu semuanya terjadi di China.

Belasan negara selain China telah mengkonfirmasi, virus corona sudah masuk ke wilayahnya. Dari 82 kasus yang terjadi di 18 negara di luar China, tercatat tujuh kasus terdeteksi tanpa gejala, tujuh kasus tidak memiliki riwayat perjalanan ke China dan tiga negara terindikasi adanya penularan antarmanusia.

"WHO sudah menetapkan 2019-nCoV (virus corona) ini sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) sejak tanggal 30 Januari 2020," demikian dilansir di website resmi infeksiemergencing Kementerian Kesehatan, Jumat, 31 Januari 2020.

Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr.Anung Sugihantono mengatakan, virus corona yang bersumber dari Kota Wuhan itu sudah menjadi perhatian serius dunia internasional sejak bulan Desember 2019 lalu. Hal itu disebabkan penyebaran virus tergolong cepat hingga ke luar China.

Menurut Anung, per tanggal 29 Januari kemarin, jumlah negara yang konfirmasi terdapat kasus n-CoV selain China ada sekitar 15 negara, dengan jumlah kasus sebanyak 68 kasus, di antaranya adalah Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, Australia, Malaysia, Thailand, Nepal, Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Kamboja, Srilanka, Jerman, dan Uni Emirat Arab. Kini, jumlah negara yang konfirmasi n-CoV pun terus bertambah.

Menurut Anung, status Darurat Global yang dikeluarkan oleh WHO itu berarti virus corona ini merupakan kasus yang berisiko sangat tinggi. "Sehingga negara-negara harus tetap meningkatkan kewaspadaannya," kata Anung di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2020.

Meski demikian, masyarakat di Indonesia diharapkan tidak perlu khawatir yang berlebihan dalam menghadapi fenomena epidemi 2019-nCoV ini. Dia meminta masyarakat tidak mudah termakan isu-isu yang beredar di media sosial. Menurut dia, Kementerian Kesehatan bersama sejumlah kementerian dan lembaga lain  sudah berkoordinasi untuk mengantisipasi masuknya virus corona itu ke tanah air.

Meningkatkan Pengawasan 

Direktur Keamanan dan Pengamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Muhammad Alwi membenarkan. Menurut Alwi, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Keimigrasian, Kepabeanan, dan karantina Bandara untuk melakukan pencegahan agar virus berbahaya itu tidak masuk ke Indonesia melalui turis mancanegara dari berbagai negara atau Warga Negara Indonesia yang masuk ke Indonesia dari luar negeri, khususnya dari China.

Ditjen Keamanan dan Pengamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan memperketat pengawasan terhadap delapan bandara internasional yang selama ini menjadi pintu masuk bagi turis mancanegara ke Indonesia. "Delapan bandara internasional yang kita perketat itu adalah Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Manado, Bandara Batam, Semarang, Solo, dan Jayapura," kata Muhammad Alwi.

Delapan bandara yang melayani penerbangan dari luar negeri itu telah dipasangi alat ukur suhu tubuh seluruh penumpang yang baru tiba di Indonesia, yaitu thermal scanner. Alat itu digunakan untuk mendeteksi suhu panas dari setiap penumpang untuk mendeteksi dini virus 2019-n-CoV yang diyakini memiliki salah satu gejala klinis yaitu tingginya suhu tubuh manusia atau demam lebih dari 38 derajat celcius.

Antisipasi masuknya virus corona itu di sejumlah pintu masuk Indonesia itu dibenarkan Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Ditjen Imigrasi Kemenkumham, Cucu Koswala. Menurut Cucu, pengetatan pengawasan terhadap pintu masuk turis mancanegara atau WNI yang baru datang dari luar negeri bukan hanya di delapan Bandara Internasional. Pengawasan ekstra ketat juga dilakukan Ditjen Imigrasi di seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di seluruh Indonesia.

Ia menjelaskan, terdapat 93 TPI Pelabuhan Laut, 39 TPI Bandar Udara, 8 TPI Pos Lintas Batas Negara, 39 TPI Pos Lintas Batas Darat, dan 27 TPI Pos Lintas Batas Perairan. "Dalam upaya mencegah penyebaran virus corona di seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu. Saat ini seluruh petugas imigrasi memakai masker bersama Karantina memaksimalkan pendeteksi suhu manusia terhadap seluruh penumpang yang tiba di Indonesia," kata Cucu menjelaskan.

Anung Sugihantono mengatakan, masyarakat tak perlu cemas dengan virus corona. Pasalnya, Indonesia sudah berpengalaman dalam menghadapi epidemi virus SARS di tahun 2002 silam. Menurutnya, upaya yang dilakukan dalam menangani virus SARS dari Guangdong, China ketika itu juga sama dengan apa yang dilakukan hari ini oleh pemerintah Indonesia menghadapi epidemi Virus Corona.

"Kesiapsiagaan di Pintu Masuk negara seperti Pelabuhan laut dan udara. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh terhadap para penumpang dan awak pesawat atau kapal yang berasal dari negara terjangkit. Pemberian Health Alert Card kepada para penumpang pada pesawat yang berasal dari negara terjangkit. Menyiapkan Rumah Sakit rujukan, dan pengawasan di pintu masuk dilakukan selama enam bulan. Dan yang dilakukan sekarang juga sama itu, dan itu sudah diakui sesuai dengan standar WHO," kata Anung.

Namun ia berharap, masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dengan selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan terdekat. Ia pun mengimbau kepada Warga Negara Indonesia untuk tidak bepergian ke luar negeri, terlebih lagi ke negara sumber terjangkitnya virus corona untuk sementara waktu. Hal itu dilakukan untuk menghindari penyebaran virus corona yang saat ini sudah terkonfirmasi menyebar hingga 18 negara selain China.

"Sampai saat ini dengan upaya pencegahan yang kita lakukan, dan masyarakat juga ikut peduli, Alhamdulillah sampai saat ini kita aman. Ini yang harus tetap kita jaga." 

Evakuasi WNI

Pemerintah Indonesia sudah mempersiapkan beberapa skenario untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia yang terjebak di Wuhan. Upaya diplomasi terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dengan pihak otoritas Cina. Rencana pemerintah untuk menjemput ratusan WNI yang terjebak di Wuhan akan segera dilakukan.

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menyatakan, dia sudah bertemu dengan Dubes Republic Rakyat Tiongkok (RRT) di Jakarta. Dubes RRT sudah menyampaikan clearence atas pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI dari Provinsi Hubei. Dengan demikian, proses evakuasi ratusan WNI sesuai instruksi Presiden Joko Widodo akan segera dilakukan dalam waktu dekat ini.

"Keberangkatan pesawat penjemput bersama tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam," kata Retno Marsudi di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Jumat, 31 Januari 2020.

Ilmuwan China Beberkan Fakta Mengerikan COVID-19, Senjata Biologis Pemerintahan Xi Jinping

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah mengatakan, saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan KBRI dan KJRI yang ada di beberapa wilayah di China untuk melakukan pendataan seluruh WNI yang terjebak di Wuhan. Menurutnya, pendataan itu dilakukan guna memastikan jumlah WNI yang terjebak di sana dan mengidentifikasi awal status kesehatan WNI yang saat ini tersebar di sejumlah titik di Kota Wuhan. 

Sebelumnya, Ketua Ranting Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) Wuhan, Nur Musyafak, mengatakan, sangat mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia yang berencana ingin mengevakuasi seluruh WNI yang saat ini berada di Wuhan. Menurut Musyafak, jumlah WNI yang terjebak di sana berjumlah 245 orang. Mereka tersebar di beberapa titik yaitu, di Wuhan, Xianning, Huangshi, Jingzhou, Enshi, Yichang, dan Songzi. Seluruh WNI yang sudah terdata itu kini dalam kondisi sehat atau tidak ada yang terjangkit virus corona.

US Intelligence Finds No Evidence of Coronavirus Lab Leak from Wuhan

"Terkait penyebaran virus, saat ini kami memang masih bisa bertahan (dalam kondisi aman) namun kemampuan kami terbatas, untuk itu kami berharap segera di evakuasi. Semua Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diarahkan oleh Kemenkes, KBRI dan Kemenlu akan kami patuhi untuk keamanan kami dan seluruh masyarakat Indonesia," kata Nur Musyafak melalui keterangan tertulis, Kamis, 30 Januari 2020.

Teuku Faizasyah menjelaskan, pihaknya sudah mempersiapkan beberapa skenario untuk pemulangan seluruh WNI yang saat ini tersebar di sejumlah titik di Provinsi Huabei itu. Mereka nantinya akan dikumpulkan di satu titik di Huabei untuk melaksanakan proses assesment kesehatan sebelum dipulangkan ke Indonesia. Proses assesment kesehatan terhadap WNI akan dilakukan oleh Pemerintah China dengan pengawasan tim medis dari Indonesia yang dikirim secara khusus oleh Pemerintah Indonesia. 

Badan Intelijen AS: Tak Ada Bukti Bahwa COVID-19 Berasal dari Kebocoran Lab di Wuhan

Ia menjelaskan, proses assesment kesehatan yang dilakukan pemerintah China itu merupakan standar kesehatan untuk meminimalisir penyebaran virus corona yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya itu ke luar dari China atau ke negara-negara lain. Sehingga, lanjutnya, dapat dipastikan assesment kesehatan itu tidak hanya berlaku bagi warga negara Indonesia saja, melainkan seluruh masyarakat dari negara manapun yang akan meninggalkan China, khususnya yang diketahui pernah tinggal atau kontak langsung dengan masyarakat yang tinggal di Wuhan akan menjalani proses assesment kesehatan itu.

"Jadi tidak hanya warga Negara Indonesia saja, apabila akan meninggalkan Tiongkok, diduga ada indikasi terpapar virus, tentunya mereka akan menjalani isolasi dulu di Tiongkok. Jadi itu proses yang berlaku untuk siapapun yang akan meninggalkan wilayah terdampak akan ada proses assesment kesehatan mereka di sana sebelum mereka bisa meninggalkan provinsi."

Direktur Keamanan dan Pengamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Muhammad Alwi menyatakan, Kementerian Perhubungan sudah siap menyambut kedatangan ratusan WNI yang akan dipulangkan dari Wuhan.

Menurut Alawi, standar keamanan dan pengamanan pesawat yang akan digunakan untuk mengangkut  ratusan WNI dari Wuhan China itu nantinya akan diparkir di area khusus, terpisah dengan pesawat komersial lainnya. Sebelum para penumpang turun dari pesawat, dipastikan akan ada petugas dari Kementerian Kesehatan yang akan melakukan deteksi suhu tubuh menggunakan thermal scanner kepada seluruh awak kabin di dalam pesawat yang membawa WNI dari pusat munculnya virus yang sampai saat ini masih belum ada obatnya itu.

"Petugas dari Kementerian Kesehatan nanti akan dilengkapi dengan pakaian safety yang sesuai standar keamanan tentunya ya. Mereka akan masuk ke pesawat dengan membawa thermal scanner yang ditembakkan ke penumpang di dalam pesawat itu satu persatu. Itu untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang di dalam pesawat itu," papar Alwi.

Tak hanya itu, proses pemeriksaan temperatur suhu tubuh WNI yang baru tiba dari China juga akan melewati metal detector khusus atau thermal scanner yang juga berfungsi untuk mengukur suhu tubuh penumpang setelah turun dari pesawat.

"Artinya kita juga akan melakukan proses assesment juga di sini nanti kepada WNI kita yang baru tiba dari China. Artinya ada dua kali proses mengukur suhu tubuh mereka, pertama di atas pesawat, kedua di pintu keluar menggunakan thermal scanner itu tadi. Nanti dipantau oleh petugas Imigrasi kita dan tim medis dari Kementerian Kesehatan dengan menggunakan screen atau layar besar," katanya.

Kementerian Kesehatan juga mengaku siap. Menurut Anung, pihaknya sudah mempersiapkan sejumlah assessment kesehatan yang harus diikuti oleh ratusan WNI yang akan pulang ke Indonesia. Bahkan, pihaknya juga sudah mempersiapkan sejumlah rumah sakit di beberapa wilayah Indonesia untuk merawat para WNI yang akan tiba dari Wuhan.

"Jadi ini juga tergantung bagaimana proses evakuasinya yaa, kalau evakuasinya hari ini, di sana statusnya masih dikarantina, kita juga akan melakukan kekarantinaan di sini. Minimal satu kali masa inkubasi artinya 14 hari. Bisa juga kalau eskalasinya di sana meningkat, dan anak-anak kita sudah balik ke sini, ya di sini bisa dua kali masa inkubasi.  Jadi kita semua lagi menyiapkan semua skenario-skenario seperti itu. Intinya, semua assessment kesehatan akan kita jalani sesuai dengan standar yang berlaku. Insyaallah kita siap."  [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya