- baksogepengrawamangun.blogspot.com
VIVAnews - Suhu udara yang panas, ditambah jalan rusak dan berdebu menjadi pemandangan akrab yang kerap dijumpai di Bekasi, Jawa Barat. Setidaknya, kondisi itu juga tercermin, saat VIVAnews berkesempatan menyambangi kota industri itu beberapa hari lalu.
Untuk menghilangkan rasa lelah, akhirnya diputuskan untuk mampir ke sebuah warung bakso di bilangan utara Bekasi, tepatnya di Jalan Perjuangan. Warung itu bernama Bakso Gepeng Rawamangun (kerap disebut Sopeng), dan terletak hanya sepelemparan batu dari Stasiun Bekasi.
Sepanjang mata memandang, warung bakso itu tak terlalu menarik, sama seperti warung bakso lainnya. Yang terlihat, hanya jejeran meja dan kursi, lengkap dengan barisan orang duduk berwajah penuh keringat. Mereka terlihat asyik menikmati semangkuk bakso sembari sesekali menyerunding es teh manis.
Kami akhirnya memutuskan untuk memesan satu mangkuk, agar menghilangkan rasa penasaran. Sembari menunggu pesanan datang, VIVAnews mencoba mewawancarai salah seorang pengunjung.
"Kata teman, rasanya enak. Makanya saya datang ke sini. Dan, ternyata benar enak. Tanpa bahan pengawet juga, jadi aman untuk dikonsumsi. Terlebih, harganya murah pula," ujar Wati, sambil mengunyah bakso yang baru disuapnya.
Karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta itu juga mengatakan, meski warung bakso itu terlihat sederhana, namun pelayanan karyawannya cukup baik dan bersahabat.
Bakso pesanan pun tiba. Sembari menikmati makanan berbentuk gilingan daging gepeng itu, kami pun memandangi daftar menu dan harga yang tertera pada papan di dinding. Di sana, terlihat jelas bahwa Bakso Gepeng Rawamangun menyediakan Bakso Gepeng Tahu, Bakso Pangsit, Bakso Gepeng Spesial, dan menu mie seperti Mie Ayam. Bicara harga, dibanderol mulai Rp8.500 per porsinya.
Cukup terperanjat, saat mengetahui jika gerai bakso ini ternyata memiliki omzet Rp1,3-1,5 juta per hari. Hal itu, disampaikan Adi Darmawan, sang pemilik gerai bakso. Ia mengaku tertarik menjadi mitra usaha Bakso Gepeng Rawamangun, karena rasanya yang lezat. Terlebih, bisnis waralaba memang tengah naik daun dewasa ini di Tanah Air.
"Ada prospek yang bagus. Administrasinya mudah, dan ada harapan untuk 'hidup'," kata pria yang mengaku telah menjadi mitra Bakso Gepeng Rawamangun sejak 2009 lalu.
Manajer Jadi Tukang Bakso
Bakso Gepeng Rawamangun yang ditemui di Bekasi tersebut, ternyata juga menjamur di bererapa wilayah lain. Setidaknya, saat ini ada sekira 150 gerai Bakso Gepeng Rawamangun yang tersebar di seantero Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Sri Mulyono, pemilik bisnis waralaba (franchise) Bakso Gepeng Rawamangun
Hal itu, disampaikan Sri Mulyono, pemilik bisnis waralaba (franchise) Bakso Gepeng Rawamangun. Pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, itu mengaku tak terbersit di benaknya jika saat ini menjadi salah seorang pengusaha sukses.
Saat ditemui VIVAnews, Kamis 8 Januari 2015, pria yang akrab disapa Yon itu menceritakan awal mula bagaimana usahanya dirintis. Menurut Yon, usaha bakso itu ditekuninya, setelah ia mengundurkan diri sebagai general manager di PT Hero Intipura (HIP) pada 2007 silam.
Penggalan kalimat "Jika ingin bahagia, atau sukses jangan jadi karyawan" milik mendiang Bob Sadino, sepertinya berlaku bagi Yon untuk berdikari. "Saya ingin berusaha, karena waktu itu peluang usaha di entrepreneur terbuka. Akhirnya, saya memutuskan mundur walaupun belum punya usaha," kata dia.
Yon akhirnya membulatkan tekad untuk membuka usaha di bidang makanan. Sebab, bisnis makanan dianggap tak pernah mati. Setelah mengumpulkan modal, usahanya pun kemudian menjadi kenyataan pada 2009. Menu bakso dengan bentuk gepeng kemudian dipilih sebagai senjata usahanya.
"Bakso itu segmennya luas. Siapa orang Indonesia yang tidak suka bakso? Bakso kan disukai orang tua, anak muda, dan anak-anak," kata dia.
Yon mengklaim, Bakso Gepeng Rawamangun racikannya berbeda dengan bakso-bakso lainnya. Dia juga mengklaim, jika baksonya sehat dan aman dikonsumsi. Sebab, bakso itu dibuat tanpa bahan pengawet, kuahnya bening dan tak bergajih, serta menggunakan daging sapi segar.
"Orang yang lagi diet, tidak takut makan bakso lagi. Bakso kami juga rendah lemak," kata dia.
Modal yang digelontorkannya untuk berbisnis bakso adalah Rp30 juta. Uang ini, kemudian digunakannya untuk menyewa tempat, serta membeli bahan baku produksi, seperti daging sapi dan tepung.
Awalnya, sarjana peternakan itu terlebih dahulu menggunakan tes pasar, yaitu berjualan dengan mobil selama sebulan. Yon juga pernah membagikan baksonya gratis selama promosi di Puri Gading. Kemudian, dia memutuskan berjualan di daerah Jatibening.
Paket Sesuai Kocek
Melihat peluang yang menjanjikan dari bisnis franchise, Yon kemudian memutuskan untuk mewaralabakan bisnisnya. Outlet pertamanya, ada di dekat Stasiun Bekasi.
Singkat cerita, keberuntungan sepertinya menyapa Yon. Usahanya maju pesat dalam waktu singkat. Nama Bakso Gepeng Rawamangun pun kian populer di tengah masyarakat, khususnya wilayah Jabodetabek. Menurut data yang disampaikan, ia kini sudah memiliki 150 gerai.
Karena sudah menjamur, Yon kemudian berkeputusan untuk berkonsentrasi pada sektor produksi dan distribusi Bakso Gepeng Rawamangun. "Pegawai saya (produksi) sekarang 15, produksi ada di daerah rumah saya, di Puri Gading," ujarnya.
Selain di wilayah Jabodetabek, Bakso Gepeng Rawamangun hasil kerja keras Yon juga sudah menancapkan kuku bisnisnya di beberapa kota besar, seperti Palembang, dan Yogyakarta. Saat ini, permintaan waralabanya pun sudah datang dari Bandung dan Purwokerto.
Yon mengklaim, ada nilai plus yang bisa ditawarkan dari bisnisnya, yaitu sederhana, market yang besar, prospeknya bagus, marjin keuntungan 30 persen, dan bisa balik modal dalam waktu 10-12 bulan, bahkan ada yang tiga bulan bisa break event point (BEP).
Ada tiga paket yang ditawarkan oleh wirausaha ini:
1. Paket warung Rp40 juta
Fasilitas: gerobak dan peralatan, spanduk, brosur, seragam, paket awal jualan (bakso, mie ayam, saos, kecap, dll) training, neon sign, poster dinding, meja kursi, blender, kulkas, kipas angin, dan pengecatan ruangan.
2. Paket food court Rp30 juta
Fasilitas: etalase dan peralatan, spanduk, brosur, seragam, paket awal jualan dan training, neon box, poster dinding, kulkas, dan X banner.
3. Paket gerobak Rp20 juta
Fasilitas: gerobak dan peralatan, spanduk, brosur, seragam, paket awal jualan, dan paket training.
"Syaratnya, ada tempat berjualan, jarak antar outlet minimal empat kilometer, dan siap menjalani usaha ini," kata dia.
Untuk melakukan kemitraan, proses yang disampaikannya sekira dua-tiga minggu setelah mengajukan permintaan. Nantinya, Yon sendiri yang akan melakukan survei lokasi jualan calon mitranya.
"Setelah survei, serius gabung, paket sudah ditentukan, dan serah terima tempat. Bayar DP (dana panjer) 50 persen. Baru mulai kerja. Pelunasannya, dua-tiga minggu setelahnya," kata dia.
Terkait omzet, Yon menyebut setiap gerai dapat merengkuh untung hingga puluhan juta. "Kalau omzet saya kurang tahu. Kebanyakan milik mitra. Kalau rata-rata Rp20-40 juta per outlet per bulan," kata dia.
Namun demikian, Yon tak memungkiri jika dirinya kerap menemui kendala ketika menjalankan usahanya, seperti banyak mitra yang memutuskan untuk berjualan sendiri, dan ada pula mitra yang berhenti karena lokasinya kurang tepat.
Prospek Cerah?
Bisnis waralaba, atau franchise kini memang mulai naik daun, karena bukan hanya di kota-kota besar saja bisnis ini menjamur, tetapi mulai banyak dikenal oleh para pengusaha di daerah pinggiran kota, bahkan pedesaan.
Secara sederhana waralaba berasal dari kata “wara” artinya lebih, dan “laba” berarti untung. Jadi, jika disingkat maknanya adalah untung lebih.
Namun, pasti banyak pihak ingin mengetahui nasib prospek ini ke depan. Lantas, apa kata pengamat?
Menurut pengamat bisnis dari Prasetya Mulia Business, Istijanto Oei, bisnis waralaba yang bergerak di bidang makanan seperti halnya Bakso Gepeng Rawamangun kebanyakan tak berumur lama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, di antaranya apakah bisnis tersebut sudah memiliki sistem manajemen yang kuat.
Selain itu, apakah quality control yang diterapkan pewaralaba sudah optimal. Sebab, jika dua hal itu tidak dilakukan, bisa dipastikan akan berumur pendek.
"Sebenarnya frame waralaba ini (Bakso Gepeng Rawamangun) sudah bagus. Tetapi, kebanyakan dari pewaralaba kurang memperhatikan packaging, serta kebersihan. Sebab, waralaba yang bergerak di segmen menengah ini sangat sensitif, dan peduli akan pelayanan dan kebersihan," ujar Oei kepada VIVAnews, Jumat 9 Januari 2015.
Namun, kondisi itu bisa berubah jika pewaralaba melakukan beberapa hal seperti yang disebutkannya.
Selain packaging, pewaralaba dinilai wajib membangun sistem yang kuat. Selain itu, pewaralaba juga wajib memberikan promosi secara optimal demi keberlangsungan usahanya serta mitra-mitra waralabanya.
"Setiap enam bulan sekali sebaiknya mengeluarkan inovasi terbaru, seperti produk-produk yang belum ada, atau varian lainnya. Selain itu pengawasan secara berkala juga patut dilakukan pewaralaba," ujarnya. (asp)