Keri Lestari Dandan, Harapan Baru Penderita Diabetes

- www.facebook.com/keri.lestaridandan.3
Kebaikan Pemerintah
Banyak ilmuwan yang merasa tidak nyaman melakukan penelitian dan mengabdi di Indonesia. Namun Keri menganggap hal itu tidak berlaku bagi dirinya.
Dia mengaku sangat berterima kasih dengan pemerintah Indonesia yang telah memberikannya kesempatan melalui beasiswa yang ia dapat. Ini terutama saat diberikan kesempatan belajar di Korea Selatan dan meneliti biji pala untuk diabetes di sana. Dia bahkan mengakui merupakan salah satu produk dari ‘kebaikan’ pemerintah.
“Jaman saya, cari beasiswa susah, untuk riset juga. Lima tahun terakhir, berubah drastis, banyak beasiswa dan pendanaan penelitian. Memang yang harus diutamakan itu adalah SDM. Percuma jika alat dan fasilitas canggih tapi SDM-nya tidak mumpuni. Sekolah di luar negeri ga bisa santai. Meskipun ada fasilitas namun dikejar dengan tuntutan mutu,” kata Keri.
Ia tidak memungkiri jika pemerintah memang memberikan reward yang masih kurang untuk penelitian dan ilmuwan. Namun hal itu balik lagi kepada individu masing-masing.
Dia menyebutkan pepatah, ‘lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang’. Ia pun berharap agar manusia Indonesia mau bersama-sama memajukan negara ini.
Pasalnya, Indonesia cukup potensial dengan bahan alam yang banyak. Bahkan 90 persen bahan herbal untuk obat ada di Indonesia.
“Memang tidak cukup dengan tekad, mesti sabar dan juga membangun jejaring. Kita bisa besar kalau kita bisa sama-sama. Jika dibilang negara tidak support, kayaknya engga. Saya buktinya. Kesempatan itu ada, hanya tinggal kita yang memanfaatkannya bagaimana,” ujar Keri.
Memang diakui Keri, fasilitas dan lab di luar negeri lebih dari mumpuni. Tidak heran jika ia mengaku betah berlama-lama di lab Yonsei University meneliti biji pala dari pagi hingga malam hari. Bahkan bahan kimia dan herbalnya pun lengkap, dari seluruh Asia, yang memang dianggap kaya dengan bahan herbal alami.
“Mulai dari bumbu, rempah-rempah, semua lengkap di satu rak. Yang berasal dari Indonesia satu rak sendiri, lainnya ada dari Thailand dan juga Filipina,” kata Keri.
Wanita Multi-tugas
Keri sangat sibuk dengan banyak kegiatan: menjadi dosen anatomi, juga sebagai ahli farmasi, sampai beraktivitas sosial di Rotary Indonesia dan beberapa yayasan sosial. Tapi ibu dua anak ini mengaku masih mengganggap keluarga sebagai hal yang nomor satu.
Dia selalu mengupayakan komunikasi dengan keluarga, bahkan membuat grup whatsapp keluarga yang hanya terdiri dari empat orang, dirinya, dua anaknya dan sang suami yang tercatat sebagai salah satu pejabat di Pemkot Jabar.
Keri mengakui teknologi komunikasi yang ada saat ini cukup membantu dirinya berkomunikasi saat sedang berjauhan dengan keluarga. Namun justru gadget juga yang akan dilarang digunakan saat mereka bertemu muka kala tak sibuk.
“Di tengah kesibukan, kami upayakan untuk bertemu. Jika sudah bertemu, semua harus menyingkirkan gadgetnya.