Mimpi Negara Antariksa

- REUTERS/Stringer
“Satelit itu ukurannya tidak besar dan akan membawa semacam harddisk berisi data-data warga (Asgardia). Mungkin orang menilai tidak terlalu penting, tapi itu dilakukan untuk menandakan keberadaan kita di luar angkasa," tuturnya.
Sejatinya, Asgardia itu bukan ingin membuat planet, bukan ingin mengambil teritori planet. Itu akan melanggar hukum luar angkasa internasional.
Jadi yang akan dilakukan Argardia adalah membuat platform seperti space station atau kapal induk luar angkasa. Kapal induk itu nantinya bisa menampung jutaan orang.
"Kami juga memiliki perangkat pertahanan untuk melindungi Bumi dari serangan atau bahaya luar angkasa. Konsep kapal induk itu, intinya, akan menjadi pelindung Bumi,” kata pemuda yang mencalonkan diri jadi ‘wali kota’ di Asgardia itu.
Soal keuangan, negara ini pun akan memiliki sumber sendiri, yang akan digunakan untuk kelangsungan pemerintahan. Termasuk dalam upaya membuat satelit dan kapal induk.
Dari situsnya terlihat jika pendanaan kebanyakan didapat dari donasi. Namun, akan ada rencana juga untuk membuat semacam Non Governmental Organization (NGO) berbayar dan penjualan merchandise Asgardia.
Bukan tidak mungkin jika situs tersebut kemudian akan menjadi ajang jual beli barang (e-commerce). Bahkan, dalam Term and Condition di situs tersebut, telah ada aturan tersendiri terkait "shopping".
Selanjutnya, Ambisi Semata?
Ambisi Semata?
Mendengar kisah Syafriza, memang tebersit pemikiran bahwa proyek ini hanya mimpi semata, Tepatnya, mimpi ambisius seorang ilmuwan, sekaligus pengusaha Rusia keturunan Azerbaijan, Igor Ashurbeyli.
Kebetulan sebagai pendiri, Igor dinobatkan juga menjadi pemimpin bangsa Asgardia. Di tangannya nanti, menurut penjelasan Syahriza, Asgardia akan menjadi negara monarki konstitusional tanpa partai politik. Di negara ini pula akan dianut paham sekuler, yang membebaskan warganya dalam hal beragama.