Menangguk Untung dari Kebohongan

- ANTARA FOTO/David Muharmansyah
Bisnis menyebar kebencian sangat rapi laiknya sebuah perusahaan. (Courtesy of the Flatiron School/Handout via REUTERS)
Seperti halnya prinsip ekonomi, sebuah bisnis dianggap potensial dan menjanjikan jika ada pasar, ada demand dan suplai. Mengubah paradigma atau pandangan seseorang terhadap suatu hal tidak hanya mencakup produk jualan tapi juga pada pilihan politik dan kepercayaan seseorang. Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Ade Armando mengatakan, produsen hoaks seperti Saracen memiliki banyak agenda, tidak hanya politik tapi ekonomi.
“Agenda ekonominya adalah mendapatkan uang, itu jelas. Mereka (Saracen) ini adalah pabrik. Produk yang dihasilkan adalah berita hoaks, ujaran kebencian dan fitnah. Sarana jualannya, ya media sosial. Dalam hal politik, tujuan mereka adalah menjatuhkan lawan, bermain di isu SARA, agama. Media sosial ini efektif sekali untuk propaganda, ISIS aja mendapatkan simpati dari medsos,” ujarnya.
Namun bagi Jonru, bisnis seperti ini tidak hanya bertema politik. Pengalaman pertamanya membuktikan jika perusahaan juga ada yang membutuhkan jasa buzzer atau blogger untuk melakukan review produk, memuji produk mereka agar membuat pembaca tertarik membeli.
Selanjutnya, lemahnya penegakan hukum..
Penegakan Hukum Lemah
Faisal, salah satu tersangka mengatakan, Saracen berdiri sejak 2015. Menurut dia, organisasi itu berdiri guna menangkal isu yang disebar Jokowi Advanced Social Media Volunteers (Jasmev). Jasmev adalah pasukan buzzer di dunia maya yang terkenal membela Ahok dan Jokowi saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa tahun lalu. Mereka berhasil menggiring opini publik dan berhasil membuat pasangan itu memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta.
“Yang jadi masalah bukan soal ekonomi saja tapi juga sosial. Bagi mereka (Saracen) ini kerjaan mereka. Tapi kok kerjaan bikin rusuh, membuat informasi palsu, mengambil alih akun orang, di-blast ke masyarakat dan membuat mereka percaya. Ini yang harus diusut adalah, siapa pemesannya,” ujar Communication & Information System Security Research Centre (CISSReC), Pratama Persada kepada VIVA.co.id.