'Come On Boys', Kalimat Sakti Legenda Persija

Suporter Persija, The JakMania, di SUGBK, Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA.co.id - Legenda Persija Jakarta yang juga mantan pelatih tim nasional Indonesia era 80an, Sinyo Aliandoe telah mengembuskan nafas terakhir pada Rabu 18 November 2015 pagi WIB di usia ke-77. Namun, ada satu kalimat sakti yang menurut mantan anak asuhnya di Timnas kala itu yang tetap akan melekat di ingatan mereka.

"Yang saya paling ingat teriakan 'Come On Boys!' kalau sedang menyemangati kami," tutur mantan kiper Timnas, Hermansyah saat ditemui di rumah duka Saint Carolus, tempat jenazah Sinyo disemayamkan.

Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi

Mantan pelatih timnas Indonesia, Sinyo Aliandoe

Pria kelahiran 1938 silam lalu digambarkan oleh mantan anak asuhnya merupakan sosok yang sangat menyenangkan. Dia mampu merangkul para pemainnya sehingga merasa senang menjadi bagian dalam tim.

"Beliau bisa merangkul kami (pemain) yang datang dari berbagai daerah untuk menjadi satu. Itu dilakukan di dalam atau luar lapangan. Buat beliau, sepakbola itu enjoy, jadi harus dinikmati, baik setiap latihan atau pertandingan" ungkap Rully Nere.

"Kami memanggilnya Om Sinyo, itu menggambarkan betapa dekatnya kami kepada beliau," timpal Hermansyah.

Tak ayal, pada ajang kualifikasi Piala Dunia 1986, Sinyo mampu membawa Timnas melaju hingga ke babak playoff. Langkah skuad asuhannya terhenti oleh keperkasaan Korea Selatan. Namun, hingga kini prestasi tersebut belum ada yang bisa menandingi.

Menjadi Legenda Persija


Karier sepakbola Sinyo melejit ketika dia memilih hijrah ke Surabaya dan bergabung bersama klub Indonesia Muda. Dituturkan sang adik, Laurent Aliandoe, karena memiliki skill tinggi, kemudian Sinyo diminta oleh Indonesia Muda Jakarta untuk bergabung.

IM Jakarta ketika itu ingin para pemain yang dari daerah berkumpul dan bermain dalam satu tim agar bisa naik kasta ke Divisi Utama. Janjinya, jika kelak tujuan tersebut berhasil, para pemain akan dipulangkan kembali.

Namun, karena Sinyo dinilai memiliki kemampuan bagus, IM Jakarta enggan mengembalikannya ke Surabaya. Dia diminta untuk terus bermain di Ibu Kota dalam beberapa tahun.

Kemudian karier Sinyo semakin menanjak dengan bergabung bersama Persija Jakarta pada tahun 1964. Bersamaan dengan itu, dia juga sukses menembus skuad tim nasional.

Akan tetapi, karier Sinyo sebagai pemain tergolong pendek. Dia mengalami cedera pada lutut yang memaksanya pensiun dalam usia masih muda.

"Beliau ini kalau main skill tinggi. Sayang waktu itu main dihajar keras sama pemain Makassar, pas kena lututnya," tutur mantan asisten pelatih Persija Jakarta, Satya Bagdja yang ikut datang melayat jenazah Sinyo ke rumah duka.

Meski harus pensiun karena cedera lutut, namun Sinyo enggan begitu saja lepas dari dunia sepakbola. Sebelum menjadi juru taktik Timnas, pria berkarakter tegas itu sempat membesut Persija juga.

Kecintaannya terhadap Macan Kemayoran itulah, yang hingga akhir hayat menjadi bagian terindah. Elemen suporter, manajemen, dan juga yayasan Persija selalu menaruh hormat setinggi-tingginya kepada Sinyo.

Bahkan, setiap kali klub kebanggan Jakmania itu merayakan ulang tahun. Sinyo selalu dihadirkan ke Stadion Utama Gelora Bung Karni, meski harus menaiki kursi roda.

"Dalam sepakbola, yang paling menghargai dia adakah Persija. Setiap tahun kakak saya selalu diundang datang ke acara ulang tahun Persija," ujar Laurent.

Marselino Ferdinand saat mendapatkan hadiah mobil

Dinilai Egois, Gaji Marselino Ferdinand Bisa Beli 14 Unit Avanza

Marselino Ferdinand sedang menjadi sorotan publik, lantaran pemain Timnas Indonesia U-23 itu dinilai egois setelah merah putih dikalahkan Irak, pada laga semi final AFC..

img_title
VIVA.co.id
9 Mei 2024