- VIVA/Jeffry Yanto
VIVA – Mobil ramah lingkungan tentu memiliki emisi gas karbon yang rendah, seperti halnya mobil listrik dan hybrid. Namun, karena setiap negara memiliki infrastruktur dan regulasi berbeda-beda, maka tidak semua negara bisa menjual mobil jenis tersebut.
Seperti halnya Indonesia, yang hingga saat ini pemerintah masih terus berkelit dengan pembentukan payung hukumnya. Berbeda dengan Jepang, mobil bertenaga listrik sudah berseliweran sejak beberapa tahun lalu dan menjadi tren untuk semua kalangan.
Bukan hanya sebagai mobil pribadi, tapi beragam perusahaan taksi pun menggunakan mobil yang irit bahan bakar tersebut sebagai moda transportasinya. Dalam perjalanan VIVA di Negeri Matahari Terbit terlihat ada beberapa merek mobil bertenaga listrik yang dijadikan taksi.
Yang pertama ada Nissan Serena e-Power dan Note e-Power. Teknologi yang diadopsi Nissan ini berbeda dengan hybrid. Karena tenaga untuk menggerakkan rodanya adalah motor listrik, jika baterainya habis yang melakukan pengisian adalah mesin berbahan bakarnya.
Sementara itu, hybrid mesin berbahan bakarnya tetap menggerakkan roda, yakni kombinasi antara motor listrik dan mesin bensin. Seperti halnya Toyota Crown, Camry hybrid dan Honda Clarity plug in hybrid yang digunakan sebagai taksi di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Toyota Prius yang juga digunakan sebagai taksi sudah full electric. Jadi tidak ada mesin berbahan bakar lagi. Nah, untuk tarif taksi memang terbilang mahal karena untuk menempuh jarak 1,4 kilometer saja biayanya 1.000 yen atau setara Rp134 ribuan.