Membasmi Kebencian Agama di Media Sosial

Ilustrasi media sosial.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Twitter makin serius memerhatikan kesehatan platformnya. Belakangan konten ujaran kebencian yang muncul di media sosial itu membuat perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini gundah gulana. Twitter tak tinggal diam. 

Anti-Islam Meningkat Pesat di India Gegara Ini

Mikro blog itu baru-baru ini memperbarui peraturan perilaku kebencian di platform mereka, terutama ujaran kebencian berdasarkan agama. Tiap cuitan ujaran kebencian bakal terlarang dan dihapus dari platform tersebut. Twitter mengatakan kebijakan tegas untuk ujaran kebencian berbasis agama ini merupakan langkah awal saja.

Media sosial berlogo burung biru ini mengatakan, pembaruan aturan perilaku kebencian ini bertujuan membuat pengguna tetap aman di media sosial tersebut. Twitter khawatir jika konten kebencian tak ditangani, bisa berisiko bahaya dalam kehidupan nyata. Sudah ada beberapa penelitian yang membuktikan risiko kebencian dalam dunia nyata.

Ujaran Kebencian Terhadap Muslim di India Meningkat 62 Persen, Ini Pemicunya

Twitter menegaskan, penghapusan konten ujaran kebencian berdasarkan agama merupakan langkah awal dalam menangani kebencian. Nantinya Twitter akan meluaskan peraturan soal kebencian lain yang berbasis ras, gender dan identitas lainnya.

"Kami minta untuk dihapus apabila dilaporkan kepada kami. Jika dilaporkan, cuitan yang melanggar peraturan dan dicuitkan sebelum hari ini perlu dihapus. Namun demikian, hal ini tidak akan langsung menyebabkan penangguhan akun karena cuitan tersebut dicuitkan sebelum peraturan ini ditetapkan," ujar Twitter.

GP Ansor Bubarkan Pengajian Syafiq Basalamah, Tere Liye Semprot PBNU: Jangan Dikit-dikit Keberatan

Pembaruan aturan perilaku kebencian ini merupakan respons atas umpan balik pengguna sepanjang tahun lalu. Pada 2018, cuma dalam kurun waktu dua pekan saja, media sosial besutan Jack Dorsey ini mendapatkan 8 ribu tanggapan dari pengguna di lebih dari 30 negara. Beberapa poin utama masukan dari pengguna yaitu Twitter harus merinci detail contoh pelanggaran, kapan dan konteks yang dipertimbangkan, dalam menindak konten kebencian agama. Intinya Twitter harus tegas tapi saksama menindak ujaran kebencian. 

Selain itu, pengguna juga menyarankan Twitter untuk memersempit apa yang dipertimbangkan. Sebab responden Twitter merasa kelompok yang identifikasi yang dilabeli ujaran penyebar kebencian, terlalu luas. Masukan yang penting dari pengguna yaitu Twitter harus menegakkan aturan secara konsisten. Pengguna ada yang mengeluhkan Twitter pilih kasih dalam menegakkan aturan konten kebencian. 

"Banyak orang menyuarakan keprihatinan tentang kemampuan kami dalam menegakkan peraturan secara adil dan konsisten. Oleh karena itu, kami mengembangkan proses pelatihan yang lebih lama dan lebih mendalam dengan tim kami untuk memastikan mereka mendapat informasi yang lebih baik saat meninjau laporan-laporan yang diterima," ujar Twitter.

Makanya dalam pembaruan kebijakan perilaku kebencian ini, Twitter mengatakan, mereka pasti meninjau secara detail berbagai contoh cuitan yang berpotensi melanggar peraturan terbaru tersebut.  

Sejatinya Twitter sudah lama memberi perhatian pada penanganan perilaku kebencian. Sudah bertahun-tahun lalu Twitter punya kebijakan untuk menumpas kebencian di platform mereka. Twitter tercatat juga sudah berkali-kali bongkar pasang peraturan mereka untuk menyesuaikan kebutuhan penindakan konten kebencian di platform mereka.

Dalam kebijaka terbarunya, Twitter melarang pengguna mempromosikan kekerasan secara langsung menyerang atau mengancam pengguna lain berdasarkan ras, etnis, suku bangsa, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas gender, afiliasi kepercayaan, usia, keterbatasan fisik atau penyakit serius. 

"Kami melarang akun yang memiliki tujuan utama menghasut untuk menyakiti orang lain berdasarkan kategori di atas," ujar Twitter.

Sebagai contoh detail, cuitan seperti '(kelompok agama) itu seperti virus. Mereka menjangkiti negara ini seperti penyakit'; kemudian 'Kita harus menghentikan (kelompok agama) di negara ini. Waktunya untuk menyingkirkan Kaum Laknat itu!. Cuitan-cuitan seperti itu pasti langsung ditindak oleh Twitter. 

Namun demikian, Twitter mengakui sangat hati-hati untuk menindak cuitan ujaran kebencian berbasis agama. Dari umpan balik, media sosial ini mengaku perlu lebih memahami beberapa hal sebelum akhirnya memperbarui kebijakan peraturan perilaku kebencian. 

Beberapa hal yang menjadi perhatian Twitter yaitu. Pertama, bagaimana Twitter melindungi percakapan pengguna dalam kelompok marjinal, termasuk penggunaan istilah yang biasa dikalangan komunitas mereka. 

Kedua, Twitter berhati-hati menegakkan aturan perilaku kebencian dengan menimbang betul konteks yang ada secara jelas. Sejauh mana tindakan yang dilakukan Twitter itu proposional. 

Cara lapor

Guinea U-23

PSSI Minta Maaf Usai Komentar Rasis Serbu Instagram Federasi Sepakbola Guinea

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) minta maaf kepada Federasi Sepakbola Guinea (FGF) usai banyaknya komentar rasis dilontarkan fan Garuda ke pemain Guinea U-23.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024