Tiga BUMN Duafa Diprivatisasi, Apa Alasannya?

Dahlan Iskan menjadi Meneg BUMN
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf

VIVAnews - Setelah sempat tertunda, tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tengah mengalami kesulitan keuangan akhirnya bakal terselamatkan. Tiga BUMN duafa --sebutan untuk BUMN yang merugi terus-terusan-- akan segera diprivatisasi.

Mereka adalah PT Cambrics Primissima yang bergerak di bidang pemintalan, penenunan, hingga produksi kain blaco dan bahan untuk garmen. PT Kertas Padalarang yang memproduksi kertas, serta PT Sarana Karya yang bergerak di bidang industri pertambangan aspal buton.

Metode privatisasi yang akan dilakukan adalah akuisisi atau menjalin mitra strategis dengan perusahaan BUMN lain.

Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa PT Kertas Padalarang nantinya akan diambil alih oleh PT Perusahaan Umum Percetakan Uang RI (Perum Peruri). Sementara itu, PT Sarana Karya akan diakuisisi PT Wijaya Karya Tbk.

"Sedangkan Primissima, akan menjalin mitra strategis dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia," kata Airlangga kepada VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 13 Desember 2011. Airlangga menambahkan bahwa privatisasi tiga BUMN tersebut diharapkan dapat terealisasi pada 2012. Sebab "Ini sebenarnya program carry over pada 2010," ujarnya.

Sebelumnya, Perum Peruri memang sudah lama berminat untuk mengakuisisi Kertas Padalarang. Pengajuan penawaran pembelian saham pemerintah di Kertas Padalarang sudah diajukan sejak 2009. Peruri akan membeli saham Kertas Padalarang, karena perusahaan membutuhkan kertas dan tempat pencetakan uang.

Sementara itu, kemitraan Cambrics Primissima dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia sebenarnya hanya memperkuat posisi perseroan. Sebab, Primissima adalah perusahaan patungan antara pemerintah dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia.

Selanjutnya, antara Sarana Karya dan Wijaya Karya memiliki kemiripan usaha. Wijaya Karya memiliki anak usaha, PT Wika Beton, yang bergerak di bidang industri beton pracetak untuk properti, bantalan rel kereta api hingga produk beton untuk jembatan,

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjelaskan, tertundanya privatisasi tiga BUMN duafa tersebut karena pemerintah hingga saat ini belum memperoleh persetujuan tertulis dari DPR.

Dalam materi rapat kerja Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, dengan Komisi VI DPR pada Senin 12 Desember 2011 disebutkan, rencana privatisasi tiga BUMN itu sebetulnya sudah diajukan pada 2010. Namun, karena belum terealisasi, maka perlu mendapat persetujuan lagi dari DPR pada 2011.

Pada Februari 2010, Kementerian BUMN juga telah mendapat arahan dari Komite Privatisasi melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku ketua Komite Privatisasi.

Bahkan, rencana privatisasi tersebut sudah dibahas beberapa kali dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VI DPR dan Kementerian BUMN yang diwakili oleh Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. Pada rapat itu, DPR memastikan akan ada pengambilan keputusan program privatisasi setelah dilaksanakan rapat kerja dengan menteri negara BUMN.

Rencana privatisasi itu akhirnya dikonsultasikan oleh menteri negara BUMN dan menteri keuangan dengan pimpinan DPR serta pimpinan Komisi VI dan Komisi XI DPR pada rapat 30 Mei 2011. Kesimpulannya, secara prinsip, pimpinan DPR menyetujui rencana privatisasi PT Cambrics Primissima, PT Sarana Karya, dan PT Kertas Padalarang untuk dilaksanakan pada 2011.

Berdasarkan strategi yang disiapkan pemerintah, Primissima akan melepas maksimal 52,79 persen saham lewat penjualan strategis. Sementara itu, untuk Sarana Karya, pemerintah memutuskan melepas seluruh sahamnya atau 100 persen lewat penjualan strategis atau akuisisi.

Pada Kertas Padalarang, pemerintah akan melepas kepemilikan sahamnya sebesar 7,74 persen dengan pola penjualan strategis atau akuisisi oleh BUMN lain. Banyak kalangan mendukung rencana privatisasi itu.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, menegaskan bahwa mekanisme privatisasi tiga BUMN itu sangat penting. "Kalau bisa strategic sales, itu tidak ada masalah. Oke saja," ujar dia kepada VIVAnews.com.

Namun, dia mengatakan, prosedur pelepasan saham melalui mekanisme penjualan strategis itu membutuhkan waktu cukup lama. Setelah memperoleh persetujuan DPR, proses selanjutnya adalah melelang. "Biasanya, kalau BUMN itu sakit, maka value akan turun," ujar dia.

Berbeda bila pelepasan saham dilakukan melalui mekanisme akuisisi. Jika upaya ini yang ditempuh, proses privatisasi akan lebih pendek.

"Mungkin bagi BUMN yang tidak bisa diakuisisi, maka mekanisme strategic sales bisa jadi cara untuk privatisasi," ujar komisaris utama PT Merpati Nusantara Airlines itu. Namun, jika diminta memilih, Said lebih menyarankan untuk menempuh mekanisme akuisisi lebih dahulu.

Kisah Sukses BUMN Duafa
Selain program privatisasi BUMN duafa, Kementerian Negara BUMN saat ini juga sedang menangani restrukturisasi dan revitalisasi 15 perusahaan pelat merah. Dari BUMN-BUMN tersebut, lima perusahaan sudah masuk tahap implementasi dan monitoring.

Dalam paparan bahan rapat kerja Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan dengan Komisi VI DPR disebutkan, lima BUMN tersebut adalah PT Waskita Karya, PT PAL Indonesia, PT Industri Gelas, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Merpati Nusantara Airlines.

Dari BUMN tersebut, Waskita telah menunjukkan peningkatan kinerja, baik secara operasional maupun keuangan. Kinerja operasional ditunjukkan dengan peningkatan penjualan. Sementara itu, secara keuangan telah memperoleh peningkatan keuntungan.

Dalam laporan keuangan 2009, laba Waskita mencapai Rp50,68 miliar, sebelum meningkat 144 persen menjadi Rp124,08 miliar pada 2010. Pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011, laba BUMN konstruksi itu ditargetkan menjadi Rp201,22 miliar.

Waskita merupakan perusahaan konstruksi milik pemerintah yang sebelumnya sempat terpuruk. Perusahaan itu bahkan sempat 'dirawat' oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) karena mengalami kasus pemalsuan laporan keuangan dengan nilai kerugian mencapai Rp500 miliar.

Namun, seiring dengan berbagai upaya perbaikan termasuk mulai banyaknya proyek-proyek yang digarap, kinerja Waskita terus menunjukkan tren positif. Bahkan, pemerintah berencana melepas saham perusahaan ke publik melalui proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Waskita tercatat memiliki empat anak usaha dan perusahaan patungan seperti PT Ismawa Trimatra, PT Citra Waspphutowa, PT Translingkar Kita Jaya, dan PT Cinere Serpong Jaya.

Tiket MotoGP Indonesia 2024 Sudah Bisa Dibeli, Harga Mulai Rp350 Ribu
Pengamat Politik Rocky Gerung.

Gugatan David Tobing Ditolak, Pengadilan Bebaskan Rocky Gerung Bicara di Berbagai Forum

PN Jaksel menolak gugatan Pengacara atas nama David Tobing terhadap Rocky Gerung ke Pengadilan negeri Jakarta Selatan untuk tak lagi menjadi pembicara seumur hidupnya.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024