Terulangnya Kekerasan di Kampus, Taruna Tewas di Tangan Senior

Kekerasan di STIP, Jakarta
Sumber :
  • youtube.com

VIVAnews - Dunia pendidikan kembali berduka, sekolah yang harusnya menjadi tempat menuntut ilmu kini malah jadi ajang balas dendam. Mahasiswa yang terlebih dahulu menjadi korban penganiayaan, melampiaskan dendamnya ke adik kelas.

Seperti itulah yang terjadi pada Dimas Dikita Handoko (19), mahasiswa yang baru duduk di semester satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara. Dia jadi korban kekejaman seniornya. Meninggal dunia sia-sia dianiaya tujuh orang senior di sebuah rumah kos milik Siagan, di Jalan Kebon Baru Blok R Gang II Nomor 29 RT 17 RW 12 Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu 26 April 2014 kemarin.

Bukan hanya Dimas, enam rekan Dimas yang berada di kamar kos itu juga luka lebam usai dianiaya empat senior. STIP langsung mengambil langkah serius. Sekolah resmi mengeluarkan tujuh mahasiswa yang ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan.

Ketua STIP Kapten Rusdiana menuturkan, keputusan sekolah itu mengacu pada penetapan tersangka oleh Polres Metro Jakarta Utara. Namun, proses administrasi para tersangka menyusul.

"Tujuh pelaku sudah dikeluarkan dan proses formal menyusul," kata Rusdiana saat jumpa pers di kantor BPSDM Kementerian Perhubungan, Jalan Merdeka Timur, Senin, 28 April 2014.

Sejauh ini, pengelola STIP belum mengetahui secara pasti apa motif para mahasiswa senior itu menganiaya juniornya. Sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan itu menyerahkan proses hukum kepada polisi.

Kronologi penganiayaan bermula pada Sabtu dini hari, 26 April 2014. Hari itu, sekitar pukul 01.50 WIB, ketujuh tersangka, yakni AG, FC, AD, ST, WD, DW, dan AR mendatangi tempat kos Dimas. Tanpa tedeng aling-aling, mereka kemudian menganiaya Dimas hingga terluka parah.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian, terungkap tujuh orang taruna senior sebagai pelakunya. Mereka langsung digelandang ke Polres Jakarta Utara. Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar M Iqbal mengatakan, alasan para senior yang duduk di semester IV ini menganiaya Dimas karena mereka menganggap Dimas dan teman-temannya yang masih menimba ilmu di semester II tidak menunjukkan respek pada senior.

Selanjutnya para senior ini memanggil Dimas dan kawan-kawannya ke tempat kos mereka. "Di tempat kos itu korban diceramahi oleh para tersangka," ujar Iqbal.

Tidak puas menceramahi juniornya, mereka kemudian memukuli Dimas dan kawan-kawannya di bagian perut, dada dan ulu hati. Bukan hanya memukul, pelaku juga menendang kaki, perut serta menampar pipi masing-masing korban. Di tengah pemukulan itu, Dimas mengerang kesakitan. Tapi dua tersangka, FACH dan AD, tak iba.

Mengintip Kapal Latih STIP Senilai Rp54 Miliar dari APBN

Keduanya makin brutal memukul, menendang dan menampar Dimas hingga terjatuh. "Lalu Dimas pingsan. Dia sempat diolesi minyak angin pada lubang hidungnya agar siuman. Dimas juga diciprati dengan air. Tapi tetap tak sadar," katanya.

Melihat Dimas tak juga sadar, para pelaku kemudian membawa Dimas ke Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara. "Namun ternyata korban sudah meninggal dunia," ujar Iqbal.

Peristiwa itu dilaporkan ke polisi oleh Satpam RS Pelabuhan Jakarta Utara. Hasil autopsi menyebutkan Dimas tewas akibat mengalami pendarahan parah pada bagian otak. Diduga itu disebabkan benturan keras.

Selain mengamankan para tersangka, petugas juga mengamankan barang bukti, baju Dimas, satu botol minyak angin yang digunakan saat korban pingsan agar siuman, satu gayung yang digunakan pelaku mencipratkan air ke muka korban. Para tersangka terancam 9 tahun penjara. Sedangkan tersangka penganiayaan rekan Dimas terancam 5 tahun mendekam di balik jeruji besi.

Sekolah ubah kurikulum

Ketua STIP Kapten Rudiana akan menjadikan kasus ini sebagai pelajaran untuk mengubah kurikulum di semua sekolah ikatan dinas di Kementerian Perhubungan.

"Kami akan evaluasi kurikulum. Dan yang akan dievaluasi itu bukan kurikulum STIP saja, tapi kurikulum keseluruhan. Kurikulum yang ada di BPSDM itu akan dievaluasi," kata Rudiana.

Cara itu untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan dari senior terhadap juniornya. Sebabsekolah ikatan dinas di Kementerian Perhubungan itu bukan hanya STIP saja. Ada juga Sekolah Tinggi Transportasi Darat Bekasi, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan, Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan, dan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan.

Tercatat juga Akademi Perkeretaapian, Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran, Politeknik Ilmu Pelayaran, Politeknik Ilmu Pelayaran, Politeknik Pelayaran, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ/Poltran).

Bukan pertama kali

Kasus Dimas mennambah kelam catatan dunia pendidikan. Penganiayaan yang mengakibatkan junior meninggal dunia di tangan senior bukan kali ini saja terjadi.

Jonoly Untayanadi (25), mahasiswa tingkat tiga kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Sulawesi Utara atau Sulut, tewas ketika mengikuti kegiatan orientasi, 25 Januari 2014.

Dia merupakan mahasiswa pindahan dari IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Saat dibawa ke rumah sakit kondisi Jonoly sudah mengenaskan, dari mulutnya keluar darah.

Pada Oktober 2013 lalu, Fikri Dolasmantya, mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur juga tewas saat mengikuti Orientasi studi dan pengenalan kampus atau ospek.

Ospek mahasiswa jurusan planologi ITN dilaksanakan di kawasan Gua Cina Sumbermancing Wetan, Malang pada 9-13 Oktober 2013. Saat orientasi ini, peserta mendapat kekerasan dari senior mereka, antara lain: diinjak, dipukul, bahkan ada dugaan pelecehan seksual.

Satu tahun sebelumnya, tepatnya Februari 2012, David Richard Jamati mahasiswa Akademi Maritim Djadayat, Jakarta tewas akibat pembekakan. Ia terluka di bagian kepala. Cedera itu diduga dilakukan oleh seniornya saat pembekalan.

Kasus lainnya terjadi pada tahun 2009 silam, yang menimpa Dwiyanto Wisno Nugroho, mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Dia meninggal saat mengikuti ospek di kampus.

Namun penyidik kesulitan mengusut kasus ini karena tidak ditemukannya alat bukti. Alat bukti yang diperlukan polisi untuk mengetahui penyebab kematian Dwiyanto sebetulnya bisa dilakukan lewat autopsi. Namun pihak keluarga menolak melakukannya. (umi)

Lima Penganiaya Taruna STIP Jalani Rekonstruksi
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi

Menhub Bicara Pentingnya Mutu SDM di Sektor Transportasi Laut

Menurut Budi Karya, Kemenhub menaruh perhatian terkait pengembangan SDM di sektor transportasi laut.

img_title
VIVA.co.id
6 Mei 2021