Hannah Al Rashid Syok, Followernya jadi Korban Kekerasan

Hannah Al Rashid
Sumber :
  • Ichsan/VIVA.co.id

VIVA – Aktris kelahiran London, Hannah Al Rashid sejak lama dikenal aktif menyuarakan kesetaraan gender. Ia juga tidak pernah lelah mengampanyekan anti kekerasan pada perempuan melalui berbagai media, termasuk media sosialnya.

Kekerasan Pada Perempuan Masih Tinggi, Berbagai Pihak Lakukan Ini

Keprihatinannya akan isu perempuan membuat ia juga sering mengajak para followers untuk ikut peduli akan masalah ini. Terakhir, melalui akun Instagram-nya Hannah mengajak para pengikutnya untuk mengungkap pengalaman mereka terkait kekerasan pada perempuan.

"Beberapa bulan lalu lewat Instagram saya buat polling yang mengajak cerita tentang kekerasan yang pernah mereka alami. Dan saya syok banyak respon didapat, ada ratusan DM (direct message) cerita yang masuk ke saya," ungkap Hannah dalam talkshow peluncuran Yayasan Plan International Indonesia di Goethe Institut, Jakarta, Rabu 21 Maret 2018.

Hannah Al Rasyid Menangis di Kosan Gegara Ini

Dari ratusan cerita yang didapatnya, Hannah dapat menyimpulkan bahwa kekerasan sering terjadi saat mereka masih di sekolah, baik di SD, SMP, atau SMA. Dan, banyak dari mereka yang meskipun sudah dewasa, tapi masih membawa trauma kekerasan yang dialami sewaktu kecil.

Hannah Al Rashid

Isu Pelecehan Seksual Kru Penyalin Cahaya, Hannah Al Rashid Buka Suara

"Jelas bahwa kekerasan memengaruhi hubungan mereka, cara mereka melihat diri mereka, menjadi masalah kepercayaan diri dan kepercayaan dengan orang lain," lanjut pemain film Warkop DKI Reborn ini.

Hannah menambahkan, saat ini data menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, akan mengalami kekerasan satu waktu dalam hidupnya. Kekerasan itu paling banyak terjadi pada usia 15 tahun.

Aktris 32 tahun ini juga menyayangkan, banyak sekali kekerasan yang terjadi di lingkungan atau bahkan di sekolah. Kekerasan menjadi semakin tidak terungkap karena korban tidak berani menceritakan kekerasan yang dialaminya.

"Artinya harus ada rules yang mendorong untuk mereka mengungkapkan kekerasan itu. Kekerasan sampai saat ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan," sambung Hannah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya